Keberhasilan Timnas Indonesia U-23 lolos ke semifinal Piala AFC U23 menjadi satu pencapaian bersejarah bagi sepak bola nasional. Dalam penampilan perdananya di putaran final, Indonesia langsung mencapai semifinal, dan berpeluang lolos ke Olimpiade Paris 2024 sebagai wakil Asia.
Tak heran, euforia dan optimisme langsung muncul sebagai warna dominan. Apalagi, capaian lolos ke semifinal Piala Asia U-23 didapat dari lawan lawan kuat.
Di fase grup, Ernando Ari dkk mendampingi tuan rumah Qatar lolos ke babak perempat final, setelah unggul atas Australia dan Jordania. Di perempatfinal, Â Korea Selatan yang pernah meraih medali perunggu cabang olahraga sepak bola Olimpiade 2012, dan dikenal sebagai satu raksasa Asia, giliran ditekuk dalam babak adu penalti.
Jika melihat bagaimana kekuatan calon lawan di semifinal, peluang untuk kembali membuat kejutan itu masih ada. Uzbekistan dan Arab Saudi yang menjadi calon lawan bukan lawan yang asing.
Arab Saudi pernah menjadi lawan tanding Garuda Muda jelang Piala Asia U-23, sementara sebagian pemain Timnas U-23 pernah menghadapi Uzbekistan di Piala Asia U-20 tahun 2023 di Uzbekistan.
Tapi, jika melihat situasi dan pengalaman di masa lalu, tidak menjadi juara di Piala Asia U-23 bisa menjadi satu harapan logis. Seperti diketahui, tim juara Piala Asia U-23 akan satu grup dengan Israel, Paraguay dan Mali di grup D.
Dengan situasi yang sejauh ini berkembang, lolos ke Olimpiade Paris sebagai juara Asia akan menjadi satu hal riskan, karena rawan dipolitisasi pihak tertentu.
Sebelumnya, politisasi karena faktor partisipasi Israel di satu kompetisi telah memaksa Piala Dunia U-20 edisi 2023 batal digelar di Indonesia, dan menelan kerugian cukup besar. Untunglah, FIFA hanya memberi sanksi administratif buat PSSI, dan memberi kesempatan Indonesia menjadi tuan rumah Piala Dunia U-17 edisi 2023, menggantikan Peru yang mundur karena kendala biaya dan infrastruktur.
Karenanya, tim asuhan Shin Tae-yong tidak perlu ngotot mengejar gelar juara Piala Asia U-23. Cukup lolos ke Olimpiade 2024, bermain maksimal dan pulang dengan tenang.
Daripada menjadi juara Piala Asia U-23, tapi nantinya dipaksa batal bertanding di Olimpiade, hanya karena diganggu masalah politisasi, lebih baik diantisipasi sejak awal. Sebelum jadi masalah lagi, sebaiknya kita cegah.
Kalau mau lebih aman, Garuda Muda cukup lolos ke Olimpiade 2024 sebagai "juara ketiga" Piala Asia U-23 atau mengalahkan Guinea di play-off Asia-Afrika. Seperti diketahui, tim pemenang play-off Asia-Afrika akan segrup dengan Prancis, Amerika Serikat dan Selandia Baru di grup A.
Sementara itu, juara ketiga Piala Asia U-23 akan berada satu grup dengan Argentina, Maroko dan Ukraina di grup B. Jalur ini relatif lebih aman, karena tidak akan langsung bertemu Israel.
Jangan lolos juga ke final Piala Asia U-23, karena tim finalis Piala Asia U-23 akan berada di grup C, yang dihuni Spanyol, Mesir dan Republik Dominika. Meski tidak ada Israel di grup ini, peluang Indonesia bertemu langsung wakil UEFA itu di babak perempat final cukup terbuka.
Meski terkesan agak paranoid, saran ini perlu saya suarakan, supaya Timnas U-23 tidak sampai terpaksa batal bertanding, hanya karena ada politisasi dari pihak tertentu. Cukup Piala Dunia U-20 saja yang bernasib apes, yang lain jangan ikut-ikutan.
Lagipula, kekalahan paling menyakitkan bukan datang dari lawan kuat atau keputusan wasit yang tidak netral. Kekalahan paling menyakitkan justru datang, ketika sebuah tim dipaksa "menyerah sebelum bertanding" atau dilarang masuk gelanggang, karena alasan absurd seperti politisasi yang tidak pada tempatnya.
Semoga publik sepak bola nasional, PSSI dan pihak-pihak terkait, mau belajar dari pengalaman pahit seputar batalnya penyelenggaraan Piala Dunia U-20 di Indonesia, akibat politisasi dari pihak yang tidak bertanggung jawab.
Bisa?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H