Seiring kemenangan 1-0 Timnas U-23 atas Australia, Kamis (18/4) Ernando Ari Sutaryadi muncul sebagai bintang terang. Kiper Persebaya Surabaya ini mampu membuat sejumlah penyelamatan penting, termasuk menepis satu tendangan penalti dari Mohamed Toure di babak pertama.
Penampilan cemerlang kiper kelahiran tahun 2002 ini pun banyak dibahas, tapi dari sekian banyak hal yang dibahas, mentalitasnya menjadi satu hal yang spesial, meski sebenarnya sudah terbangun sejak lama.
Di level tim nasional, Ernando sudah cukup familiar dengan tekanan mental yang ada, bahkan sejak level U-16. Seperti diketahui, dirinya sudah berpengalaman meraih Trofi Piala AFF U-16 dan tampil di fase gugur Piala Asia U-16.
Meski sempat diinterupsi cedera bahu cukup parah, ketangguhan mental kiper asal Semarang ini membuatnya mampu bangkit dan berkembang. Nasibnya berbanding terbalik dengan Bagus Kahfi dan Brylian Aldama, dua rekan seangkatan di Timnas U-16 yang layu sebelum berkembang.
Alhasil, torehan medali emas SEA Games 2023 dan penampilan perdana Timnas Indonesia di fase gugur Piala Asia 2023 pun mampu diraih saat dirinya menjadi kiper utama. Performanya yang konsisten juga membuat posisi kiper utama hampir pasti aman, kecuali sedang cedera.
Belakangan, seiring mekarnya proyek penelusuran pemain diaspora Indonesia oleh PSSI dan Kemenpora, muncul sentimen "lokal pride" di sepak bola nasional. Penyebabnya, hampir semua posisi punya nama atau kandidat pemain dari diaspora Indonesia.
Tapi, alih-alih mengeluh atau berkoar di media, seorang Ernando Ari justru menampilkan satu contoh bagus sebagai pemain. Dia sepenuhnya fokus dan membiarkan performa yang bicara di lapangan.
Tentu saja, ini bisa berdampak positif terhadap standar kiper dari pemain diaspora Indonesia. Maka, wajar jika pos kiper utama Timnas Indonesia, termasuk Timnas U-23 di Piala AFC U23 masih belum tersentuh nama-nama pemain diaspora Indonesia.
Memang, ada Maarten Paes (Indonesia-Belanda) yang proses naturalisasinya masih diupayakan, dan Cyrus Margono (Indonesia-Iran) kiper blasteran yang belum lama berstatus WNI,. Tapi nama Ernando Ari tetap tak goyah di bawah mistar.
Dengan level performa seperti itu, wajar jika pencarian diaspora Indonesia Untuk posisi kiper tidak terlalu gencar, karena memang punya kriteria yang terstandar dan sangat paten: minimal  lebih bagus dari Ernando.
Seharusnya, pendekatan lewat sikap seperti ini bisa ditiru secara luas karena menunjukkan satu sikap konsekuen. Tidak ada lagi mentalitas "korban" atau sejenisnya dari pemain, karena ada pembuktian langsung dari sisi performa.
Jika PSSI masih mencari pemain keturunan Indonesia di luar negeri, maka para pemain lokal harus menaikkan standar performa mereka.
Dengan demikian, tim yang padu dan kuat bukan lagi mimpi, karena mental pemain sudah ditempa menjadi lebih tangguh.
Bisa?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H