Begitulah satu slogan yang (setidaknya pernah) mewarnai negeri ini, dan memang jadi satu hal yang diupayakan betul, demi sebutir beras dan sebongkah berlian.
Punya pekerjaan. apalagi kalau itu tetap dan punya kesempatan besar naik pangkat, juga bisa menjadi satu kebanggaan tersendiri. Walau gaji masih konsisten terengah-engah akibat dikejar cicilan, laju inflasi dan kenaikan harga, setidaknya ada satu pegangan yang masih bisa diandalkan.
Diluar unsur kompetisi sampai hal-hal "diluar nurul" yang kadang ikut mengelilinginya, dunia satu ini punya satu keajaiban yang sangat absurd sejak di titik awal, yakni syarat yang serumit isi sesajen untuk makhluk gaib.
Ada batasan umur yang agak ekstrem (umumnya antara 23-25 tahun), skor IPK atau TOEFL istimewa (kalau bisa sempurna), belum menikah, fresh graduate boleh mendaftar, dan berpengalaman kerja di bidangnya (minimal 1-2 tahun).
Syarat seperti ini memang biasa jadi acuan standar, tapi kurang relevan dengan keadaan. Diluar mereka yang ekselen, ada begitu banyak yang harus berdarah-darah hanya untuk bisa lulus studi.
Ada juga yang pada prosesnya dipersulit, antara lain dengan alasan "supaya lebih terlatih", tapi malah tak punya kesempatan bersaing secara layak, hanya karena dianggap kurang ekselen atau terlalu tua.
Apesnya, itu baru syarat administrasi awal menuju tahap tes berlapis yang menuntut skor dan kepribadian sempurna. Kadang, kriterianya masih ditambah "serba bisa, dan mampu bekerja dalam tekanan tinggi".
Syarat yang sempurna, dan mungkin akan lebih sempurna jika ditambah kriteria "serba guna, kedap air, tahan api, antipeluru, antivirus, antipecah dan antigores".
Sebuah syarat yang bisa membuat malaikat sekalipun merasa minder, saking sempurnanya tuntutan kriteria yang diminta. Pertanyaannya, apakah tenaga kerja yang dicari ini "manusia setengah dewa", avatar, atau makhluk mitologi?