Kriteria ini memang cukup spesifik, tapi sudah mewarnai sebagian besar era kepemilikan FSG di Anfield, dan terbukti sukses meraih prestasi.
Sebelum panen prestasi bersama Juergen Klopp, Liverpool juga pernah ditangani Sir Kenny Dalglish (2011-2012). Torehan 1 trofi Piala Liga dan lolos ke final Piala FA menjadi prestasi Steven Gerrard dkk, sayangnya, periode kedua sang legenda kala itu berakhir suram, karena The Kop hanya finis di posisi 8 Liga Inggris.
Dengan profil Alonso dan Amorim yang sama-sama jago taktik dan masih muda, The Reds jelas punya pandangan jangka panjang. Paling tidak, siapapun pengganti Klopp nanti, dia bisa bertahan cukup lama di tim.
Masalahnya, Si Merah bukan satu-satunya klub yang membidik Alonso dan Amorim sebagai pelatih baru. Bayern Munich juga membidik mereka berdua sebagai pengganti Thomas Tuchel yang akan hengkang juga di musim panas 2024.
Situasi bahkan terlihat lebih rumit untuk Amorim, karena pelatih kelahiran tahun 1985 ini juga masuk radar Barcelona, Chelsea dan Manchester United.
Jadi, manajemen Liverpool perlu gerak cepat, dan memastikan, siapapun pengganti Klopp nanti, ia akan diberi cukup waktu untuk berproses.
Jika melihat kebiasaan manajemen klub dan suporter yang cenderung "santai" soal ekspektasi, seharusnya ini bukan perkara sulit. Seorang Juergen Klopp saja baru meraih trofi pertama di Liverpool setelah hampir empat tahun bertugas.
Dengan rekam jejak seperti ini, dan profil klub sebagai salah satu tim besar Eropa, seharusnya Liverpool bisa menjadi opsi menarik buat Alonso dan Amorim, karena tekanan yang ada tak seseram tim besar pada umumnya.
Kalaupun pelatih baru nanti membutuhkan waktu untuk adaptasi atau semacamnya, itu cukup bisa dimengerti. Apalagi, kalau si pelatih baru pertama kali melatih di Liga Inggris.
Selebihnya, tinggal bergantung pada bagaimana proses dan progres itu berjalan di tempat latihan, bursa transfer maupun lapangan hijau, karena bagian-bagian inilah yang paling menentukan, bukan opini atau prediksi rasa ekspektasi dari media atau suporter, yang justru bisa menjadi toksik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H