Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Xabi Alonso, Perpaduan Unik Para Jago Taktik

12 Februari 2024   17:29 Diperbarui: 13 Februari 2024   05:45 526
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Musim 2023-2024 menghadirkan tim kejutan di beberapa liga top Eropa. Di Liga Italia, Bologna merangsek ke papan atas, seperti halnya Aston Villa di Liga Inggris dan Girona di Liga Spanyol.

Diantara kejutan-kejutan yang ada, cerita Bayer Leverkusen menjadi kejutan paling besar. Tim yang sempat terseok awal musim 2022-2023 mampu melaju kencang di Bundesliga Jerman.

Die Werkself bahkan mampu mengalahkan Bayern Munich 3-0 di Bundesliga, setelah pada awal musim mampu menahan imbang 2-2 saat tandang ke markas si raja Bundesliga itu.

Tak cukup sampai disitu, Leverkusen juga masih bersaing di semifinal DFB Pokal (Piala FA nya Jerman) setelah menundukkan Stuttgart 3-2, dan lolos juga ke fase gugur Liga Europa.

Dengan laju luar biasa ini, banyak hal yang lalu jadi sorotan. Mulai dari paduan pemain muda dan senior yang bagus, lengkap dengan analisis performa mendalam di berbagai aspek, sampai kepiawaian Xabi Alonso sebagai juru taktik.

Tapi, dari semua faktor yang berpengaruh, keberadaan eks pemain Bayern Munich sebagai pelatih mampu menghadirkan faktor X seperti inisial namanya, yang berpengaruh signifikan, sehingga menciptakan tim solid seperti yang kita lihat sekarang.

Maklum, sejak mulai bertugas pada Oktober 2022, pelatih asal Spanyol ini mampu mengubah total peruntungan klub. Tim yang tadinya tersesat di zona degradasi mampu finis di posisi 6 besar klasemen akhir Bundesliga, dan lolos ke semifinal Liga Europa.

Kemajuan ini menjadi satu pijakan awal yang menghasilkan sensasi di musim berikutnya. Boleh dibilang, apa yang kita lihat sekarang adalah buah dari proses yang sudah berjalan di tahun sebelumnya.

Tak heran, nama Xabi Alonso belakangan masuk sebagai kandidat pelatih pengganti Juergen Klopp di Liverpool, klub yang yang pernah dibawanya juara Liga Champions semasa bermain.

Tapi, kalau boleh dirunut lagi, sinar terang Alonso sebagai pelatih tak lepas dari peran beberapa pelatih top yang dulu pernah melatihnya semasa bermain.

Eks maestro lini tengah Timnas Spanyol ini bahkan mampu memadukan beberapa aspek yang jadi keunggulan para pelatih tersebut di Leverkusen.

Ada keberanian mempercayai pemain muda, seperti dilakukan Inaki Saez dan Luis Aragones di Timnas Spanyol era 2000-an. Ada juga skema permainan rapi khas Pep Guardiola, yang berpadu-padan dengan disiplin ala Jose Mourinho dan efektivitas taktik ala Rafa Benitez.

Di lapangan, perpaduan ini terlihat, kala Bayer Leverkusen menggasak Bayern Munich 3-0 akhir pekan lalu. Meski hanya memegang 39 persen penguasaan bola, Florian Wirtz dkk mampu membuat 8 tembakan ke gawang, yang 3 diantaranya menjadi gol.

Aspek taktik, strategi dan kerangka tim ini bahkan sudah dilengkapi juga dengan kemampuan adaptasi cepat ala Carlo Ancelotti, pelatihnya semasa bermain di Real Madrid dan Bayern Munich, yang mampu meraih gelar juara di lima liga top Eropa.

Seperti diketahui, eks pemain Real Madrid ini datang ke Leverkusen saat kompetisi sudah bergulir, tapi ia mampu beradaptasi dengan cepat dan menghadirkan dampak luar biasa.

Meski punya prestasi dan reputasi cemerlang semasa bermain, eks pemain Bayern Munich ini tak lantas lupa diri atau membiarkan sorotan nonstop datang mengganggu.

Malah, seperti karakternya yang kalem, karir kepelatihan Alonso juga diawali dengan kalem. Segera setelah lulus kursus kepelatihan UEFA Elite tahun 2018, kesempatan melatih di tim akademi Real Madrid pun datang.

Setahun berikutnya eks gelandang elegan ini "naik kelas" ke Real Sociedad B. Di tim tempatnya mengawali karier bermain inilah, karier kepelatihan di level pro juga dimulai.

Dibawah komandonya, Sanse mampu dibawa promosi ke Segunda Division (kompetisi kasta kedua Liga Spanyol) pada musim 2020-2021. Meski langsung terdegradasi di musim berikutnya, dan memutuskan mundur di akhir musim 2021-2022, potensinya sebagai pelatih jempolan telah terlihat.

Terbukti, namanya sempat masuk daftar kandidat pelatih baru Borussia Monchengladbach, sebelum akhirnya menjadi pelatih Bayer Leverkusen dan bersinar di sana.

Menariknya, sinar terang Alonso sebagai pelatih Leverkusen seharusnya bisa menjadi contoh bagus buat pelatih muda. Meski punya reputasi dan prestasi semasa bermain, plus pengalaman pernah dilatih pelatih top, juara Piala Dunia 2010 ini tak malu untuk memulai karier kepelatihan dari bawah.

Di tempat yang relatif tidak disorot, kemampuan melatihnya justru mampu berkembang, dan ketika kesempatan melatih di level atas datang, ia sudah siap,  bahkan punya standar kualitas mumpuni.

Kalau semua berjalan lancar, meraih trofi sebagai pelatih rasanya tinggal urusan waktu buat seorang Xabi Alonso.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun