Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Pilihan

Lesmana Mandrakumara dan Demokrasi Kita

10 Februari 2024   22:08 Diperbarui: 10 Februari 2024   22:08 2541
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lesmana Mandrakumara (Wayangku.wordpress.com)

Tragisnya, bukan hanya anak-anak Pandawa yang sakti seperti Wisanggeni, Gatotkaca atau Abimanyu saja yang pernah mengalahkannya, golongan Punakawan seperti Petruk juga pernah mengalahkannya dalam persaingan mengejar cinta, Dewi Prantawati, putri Prabu Kresna.

Kisah "kemenangan" Petruk ini hadir dalam lakon cerita "Petruk Nagih Janji". Sebuah lakon kreasi pujangga Jawa yang bisa dibilang "antimainstream", tapi menggambarkan seberapa payah kemampuan asli seorang Lesmana Mandrakumara.

Andai dia bukan anak seorang raja, mungkin dia hanya butiran debu berprofil mengenaskan. Sudah tingkahnya sombong, mentalnya bermasalah, tak punya kemampuan pula.

Apesnya, rakyat Astinapura hanya bisa menerima saja, karena negeri mereka adalah kerajaan yang bersifat turun-temurun berdasarkan garis keturunan Dinasti Bharata. Mau bagus atau jelek, tak ada pilihan sama sekali.

Tapi, dari seorang Lesmana Mandrakumara-lah, kita semua diajak melihat, kebobrokan figur yang seharusnya jadi panutan di masyarakat ternyata sudah ada sejak dulu, dan membawa dampak buruk di masyarakat.

Di era modern, kebobrokan itu antara lain terlihat dari banyaknya masalah korupsi, salah urus dan inkompetensi. Sebuah masalah yang sudah terlanjur membudaya dan sistemik.

Tentu saja, butuh upaya masif untuk memperbaiki semua kebobrokan ini, dan pilihan pada saat Pemilu menjadi langkah awal yang bisa menentukan. Meski opsi idealnya masih sebatas pada "the lesser evil", setidaknya ada upaya perbaikan yang  bisa dilakukan.

Jangan sampai kita asal memilih dan malah mendapat pemimpin seperti Lesmana Mandrakumara, karena negeri ini sudah terlalu lama akrab dengan kebobrokan.

Bukan karena alasan sentimen pada pihak tertentu, tapi karena politik dinasti atau semacamnya bisa menjadi satu situasi yang sangat menyebalkan buat masyarakat.

Tak ada lagi pilihan seperti dalam budaya demokrasi yang sehat, karena garis keturunan adalah kunci. Padahal, Indonesia bukan negara monarki seperti Inggris atau negara totaliter seperti Korea Utara.

Karena itulah, selagi masih ada pilihan untuk dipilih, kita perlu memilihnya dengan kesadaran penuh, karena ini akan berpengaruh (minimal) dalam lima tahun mendatang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun