Dari situasi yang sejauh ini sudah berjalan, dan rekam jejak turnamen secara umum, dinamika yang justru menunjukkan seberapa unik Piala Afrika.
Dari durasinya, turnamen tingkat benua satu ini tidak seperti Piala Asia atau Eropa yang digelar tiap empat tahun sekali. Secara teratur (sejak edisi 1968 dan dijadwal ulang sejak edisi 2013) turnamen besutan CAF ini digelar setiap dua tahun sekali.
Alhasil, jadwal kualifikasi yang ada cukup padat, dan ini masih belum termasuk Kualifikasi Piala Dunia zona Afrika. Dengan jadwal sepadat ini, ditambah kehadiran banyak pemain berbakat dari Afrika tiap tahunnya, kompetisi yang hadir jadi terlihat dinamis. Tim juara bertahan belum tentu bisa tampil di edisi berikutnya.
Sebagai contoh, Nigeria yang terakhir kali juara Piala Afrika tahun 2013 gagal lolos kualifikasi di edisi 2015. Fenomena ini juga dialami Zambia dan Mesir di edisi 2012 dan 2013.
Meski nuansa dominasi negara Afrika Utara, Barat dan Tengah masih cukup kental, kemunculan tim kejutan dari Afrika Selatan seperti Afrika Selatan dan Angola sesekali cukup membuat dinamika lebih seimbang.
Belakangan, negara-negara Afrika Timur juga ikut ambil bagian. Di Piala Afrika edisi 2023 misalnya, Afrika Timur diwakili oleh Mozambik dan Tanzania yang lolos kualifikasi.
Tak heran, kompetisi Piala Afrika selalu bisa menciptakan kejutan. Sebagai contoh, di edisi 2023, selain Republik Demokratik Kongo dan Afrika Selatan, perempatfinal Piala Afrika menghadirkan tim-tim kuda hitam seperti Angola, Cape Verde, Mali dan Guinea.
Tapi, dibalik dinamika ini, terselip sedikit kesan hati-hati dari para bintang di tim negara unggulan, khususnya pada pemain-pemain yang main di liga top Eropa.
Tentu saja, sikap hati-hati ini berkaitan dengan potensi cedera. Apalagi, kalau pemain tersebut merupakan bintang di klub maupun tim nasional.
Berhubung kompetisi di klub masih berjalan, akan jadi kerugian buat klub dan tim nasional, kalau si pemain malah cedera sepulang dari turnamen. Pada edisi Piala Afrika 2023, masalah ini membuat Timnas Mesir dan Liverpool pusing, setelah Mohamed Salah mengalami cedera otot.
Memang, pada prosesnya Salah langsung direhabilitasi di Liverpool supaya cepat pulih, dan diharapkan bisa bergabung lagi, jika Tim Firaun  mampu melangkah minimal sampai semifinal.