Meski kekalahan 0-4 ini tak mengenakkan, Tim Merah Putih tetap boleh optimis, karena sudah mencetak sejarah, dengan lolos dari fase grup Piala Asia untuk pertama kalinya.
Kalau melihat prosesnya, ini hasil dari apa yang sudah dibangun Shin Tae-yong sejak mulai bertugas akhir tahun 2019 silam. Dimulai dari nol, bahkan minus, karena kompetisi liga sempat vakum karena pandemi, Timnas Indonesia mampu mencatat sejarah di level Asia.
Rentang waktu ini kurang lebih sama dengan Australia, yang mencapai perdelapan final Piala Dunia 2022, setelah hanya meraih 1 poin di fase grup Piala Dunia 2018. Tim Negeri Kanguru bahkan masih berpeluang melangkah lebih jauh di Piala Asia 2023, setelah lolos ke babak perempat final.
Dengan kata lain, jika mau mengikuti proses dan progres positif yang ada, Timnas Indonesia masih butuh waktu untuk naik ke level berikutnya, yakni konsisten tampil di Piala Asia.
Saya tidak langsung menyebut lolos ke Piala Dunia sebagai level berikut buat tim asuhan Shin Tae-yong, karena untuk sampai ke sana, mereka harus terbiasa bersaing di level Asia. Kalau sudah terbiasa dan konsisten, baru boleh bicara soal mimpi ke tingkat dunia.
Maka, penting bagi PSSI dan pihak-pihak terkait, untuk bisa konsisten mengawal progres yang sudah berjalan, supaya Timnas Indonesia tak terjebak dalam stagnasi, dan bermimpi jadi tuan rumah Piala Dunia.
Tak peduli berapa banyak pemain keturunan atau diaspora yang nantinya membela Timnas Indonesia di masa depan, selama itu mampu menghadirkan prestasi, dan diimbangi dengan peningkatan kualitas liga domestik, rasanya tak akan ada yang keberatan. Kecuali, pihak yang memang berpemikiran tertinggal.
Dari progres dan potensi yang ditampilkan Timnas Indonesia di Qatar, sudah saatnya Piala AFF ditepikan sebagai target prioritas. Jangan sampai, Timnas Indonesia kembali jadi katak dalam tempurung.
Bukan berarti tak boleh juara di level Asia Tenggara, tapi lebih karena prestasi di level ASEAN tak banyak membantu di level Asia, apalagi dunia. Percuma jadi raja di Asia Tenggara, kalau hanya jadi bulan-bulanan di level Asia.
Karena itulah, sekembalinya Timnas Indonesia ke Tanah Air nanti, PSSI dan pihak-pihak terkait harus memastikan, tim tak dibuat lupa daratan oleh aneka pujian berlebih, apalagi sampai jadi tunggangan politisi di masa Pemilu, dan ikut kegiatan yang tidak pada tempatnya.
Bukan karena mereka tak boleh diapresiasi, tapi jangan sampai hal-hal toksik merusak kemajuan yang sudah ada, dan membuat semuanya jadi berantakan.