Dalam sepak bola modern, ada banyak hal baru yang menghadirkan detail permainan bahkan sampai detail terkecil. Berkat kemajuan teknologi, ragam kontribusi dan performa pemain tak hanya terbatas pada catatan gol atau cleansheet per laga.
Ada beragam kontribusi "produk turunan" lain, yang menjadi tolok ukur performa seorang pemain. Di aspek serangan misalnya, ada catatan "goal involvement" alias keterlibatan gol, yang secara umum mencatat jumlah kontribusi gol dan assist seorang pemain.
Belakangan, catatan statistik ini menghasilkan produk turunan lain berupa pre-assist, atau umpan terakhir sebelum assist dan umpan kunci. Meski belum dicatat seperti gol dan assist, rasanya tak butuh waktu lama lagi untuk membuat catatan statistik semakin kompleks.
Kemungkinan ini cukup terbuka, karena teknologi digital (termasuk statistik) berkembang dengan sangat cepat, khususnya dalam beberapa tahun terakhir.
Dari ragam kontribusi derivatif ini, muncul catatan statistik rasio keterlibatan gol per pertandingan. Alhasil, performa seorang pemain bisa dilihat secara lebih utuh, bahkan diapresiasi jika memang menghasilkan catatan positif.
Sebagai contoh, berkat sepasang golnya ke gawang Bournemouth akhir pekan lalu, Darwin Nunez mendapat apresiasi dari klubnya, karena menjadi pemain pertama di tim, yang mampu mencatat total 10 gol dan 10 assist di musim 2023-2024.
Catatan statistik ini bahkan diposting di akun media sosial Liverpool, segera setelah pertandingan melawan The Cherries usai.
Terlepas dari seringnya penyerang Uruguay ini gagal memaksimalkan peluang, catatan gol dan assistnya justru menunjukkan, seberapa jauh ia berkembang di Inggris.
Seperti diketahui, musim lalu Nunez banyak dikritik karena hanya mampu mencetak 14 gol dan 5 assist dari 42 penampilan. Terlepas dari masalah adaptasi yang kurang mulus, performa ini memang dianggap kurang, karena posisinya adalah penyerang tengah.
Tapi, di musim 2023-2024, eks pemain Benfica ini lalu dipoles pelatih Juergen Klopp, dengan beberapa kali dimainkan sebagai penyerang sayap kiri. Hasilnya, total 20 keterlibatan gol dari 30 pertandingan hadir bersama Si Merah.
Performa ini berbanding lurus dengan performa eks pemain Penarol di Timnas Uruguay pada periode yang sama, khususnya sejak dilatih Marcelo Bielsa. Di bawah arahan pelatih senior asal Argentina itu, Nunez bahkan mampu mencetak 5 gol dan 2 assist hanya dalam 6 pertandingan, termasuk saat La Celeste menghadapi Brasil dan Argentina.
Perubahan posisi dan peningkatan performa ini menjadi satu kejutan, karena memperlihatkan potensi sang pemain. Dengan memanfaatkan kecepatan dan etos kerja sang pemain, Klopp mampu menjadikan Nunez berkembang.
Dari yang tadinya hanya bertugas sebagai pemain nomor 9 murni, pemain Timnas Uruguay ini mampu disulap menjadi sayap cepat yang bisa juga menjadi "false nine" atau "target man". Benar-benar tipikal pemain depan khas tim Juergen Klopp: cepat, mampu berkontribusi buat tim, dan bisa bermain sesuai rencana taktis tim.
Hasilnya, impak positif yang dihadirkan pemain kelahiran tahun 1999 ini lebih beragam. Kalau sedang melempem, ia masih bisa memberi assist atau mengoprek pertahanan lawan dengan kecepatannya.
Tentu saja, ini masih belum ada apa-apanya dengan pemain-pemain seperti Erling Haaland atau Kylian Mbappe, yang secara statistik jauh lebih moncer. Tapi, ini sudah cukup menggambarkan, seberapa luas dimensi penilaian performa pemain, khususnya di sepak bola modern.
Menariknya, dari keberadaan catatan statistik rasio keterlibatan gol ini, kita diajak melihat, dibalik kemajuan teknologi yang ada, sepak bola modern membawa serta kompleksitas dalam detail-detail kecil, yang bisa saja menciptakan dampak besar, khususnya jika bisa konsisten diperhatikan secara cermat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H