Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Piala Asia 2023: Benang Merah Pemain Diaspora di Tim ASEAN

5 Januari 2024   14:46 Diperbarui: 5 Januari 2024   15:16 300
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di Piala Asia 2023, ada empat tim Asia Tenggara yang lolos kualifikasi, yakni Vietnam, Thailand, Indonesia dan Malaysia. Dari keempat tim ini, ada satu kesamaan menarik yang muncul dalam bentuk keberadaan pemain diaspora alias blasteran.

Di Vietnam, ada kiper Filip Nguyen (Vietnam-Ceko) yang bersiap menjalani debut turnamen internasional di Piala Asia 2023. Pada bulan Desember 2023 silam, kiper bertinggi badan 192 cm ini sudah resmi menjadi warga negara Vietnam, setelah melalui proses naturalisasi sejak 2019.

Profil kiper yang kini memperkuat Cong An Ha Noi ini terbilang lumayan. Sebagian besar kariernya dihabiskan di tim-tim Liga Ceko, misalnya Sparta Praha, Slovan Liberec dan FC Slovacko. Namanya bahkan sempat masuk daftar pemain Timnas Ceko, dalam laga UEFA Nations League 2020 melawan Skotlandia.

Beralih ke Thailand, tim tersukses di Piala AFF ini ternyata juga diperkuat dua pemain diaspora, yakni Elias Dolah (Thailand-Swedia) dan Nicholas Mickelson (Thailand-Norwegia). Elias Dolah saat ini bermain di klub Bali United (Indonesia) sementara Nicholas Mickelson bermain di klub OB (Denmark).

Elias Dolah sudah memperkuat Tim Gajah Perang sejak tahun 2019, dan ikut membantu tim meraih trofi Piala AFF 2020. Sementara itu, Nicholas Mickelson sempat memperkuat Timnas Norwegia di level junior antara tahun 2015-2020.

Diantara tim-tim Asia Tenggara, Malaysia mungkin menjadi tim paling frontal, karena dari 26 nama pemain yang didaftarkan pelatih Kim Pan Gon
untuk Piala Asia, 14 diantaranya adalah pemain naturalisasi dan diaspora.

Dari 14 nama ini, 9 diantaranya adalah pemain blasteran. Mereka adalah Dion Cools (Belgia-Malaysia), Junior Eldstal (Swedia-Malaysia), Dominic Tan (kelahiran Singapura), Brendan Gan (Malaysia-Australia), Darren Lok (Malaysia-Inggris), Stuart John Wilkin (Malaysia-Inggris), Daniel Sang Ting (Malaysia-Inggris), La'vere Lawrence Corbin-Ong (Barbados-Malaysia) dan Matthew Davies (Malaysia-Australia).

Dari kesembilan nama ini, Dion Cools, Matthew Davies dan La'vere Lawrence Corbin-Ong menjadi nama-nama berprofil lumayan bagus. Dion Cools pernah memperkuat Timnas Belgia di level junior, Matthew Davies pernah membela Australia di level junior, sementara La'vere Lawrence Corbin-Ong sempat sekali memperkuat Timnas Kanada di laga persahabatan melawan Skotlandia tahun 2017.

Sama seperti di Thailand dan Vietnam, nama-nama pemain blasteran di Malaysia sebagian besar berposisi sebagai bek. Dari 9 nama diatas, hanya Brendan Gan, Darren Lok, dan Stuart John Wilkin yang bukan pemain bertahan.

Di Timnas Indonesia, ada 7 pemain blasteran, dengan 4 diantaranya merupakan keturunan Indonesia-Belanda, yakni Rafael Struick, Ivar Jenner, Justin Hubner dan Shayne Pattynama. 3 sisanya adalah Jordi Amat (Spanyol-Indonesia), Elkan Baggott (Inggris-Indonesia) dan Sandy Walsh (Irlandia-Indonesia).

Untuk saat ini, mereka sama-sama bermain di klub luar negeri, dan beberapa diantaranya pernah memperkuat negara lain di level junior. Mereka adalah Jordi Amat (Spanyol), Justin Hubner (Belanda), Sandy Walsh (Belanda) dan Ivar Jenner (Belanda).

Menariknya, sama seperti negara-negara Asia Tenggara lain, posisi bek menjadi area dominan. Dari 7 pemain diaspora (plus 1 naturalisasi), 5 diantaranya adalah pemain belakang.

Dengan demikian, jika ditarik benang merahnya, tim-tim Asia Tenggara sedang berusaha memotong gap kualitas di lini belakang. Seperti diketahui, tim-tim Asia Tenggara kerap keteteran saat bertemu tim-tim Asia Timur atau Timur Tengah yang secara postur lebih tinggi, sehingga banyak memanfaatkan bola-bola silang dan skema bola mati.

Masalah ini sebelumnya sudah lama jadi catatan, sampai FIFA lalu memberi kelonggaran aturan soal pemain diaspora di tim nasional. Setidaknya, ada sedikit solusi instan yang bisa dipakai untuk membangun tim yang lebih kuat.

Hanya saja, strategi mencari pemain diaspora ini bisa jadi bom waktu, jika tak diikuti dengan perbaikan kualitas kompetisi di dalam negeri. Bisa-bisa, tak ada lagi pemain berkualitas layak dari liga dalam negeri, karena nama-nama pemain diaspora berprofil lumayan bagus cenderung lebih disukai.

Untuk saat ini, dominasi pemain diaspora di lini belakang tim-tim Asia Tenggara mungkin bisa jadi satu faktor kejutan di Piala Asia 2023, karena membuat setiap tim terlihat berbeda dari biasanya. Menarik dilihat, tim Asia Tenggara manakah yang akan melangkah paling jauh di Qatar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun