Sejak beberapa hari sebelum dimulai, laga The Northwest Derby antara tuan rumah Liverpool melawan Manchester United, Minggu (17/12) cukup banyak diberitakan. Maklum, duel ini menghadirkan tim yang dalam kondisi kontras.
United dalam tren performa negatif di Liga Inggris, dan tersingkir di fase grup Liga Champions, sementara Liverpool sedang berada dalam tren positif di Liga Inggris dan lolos ke babak 16 besar Liga Europa.
Tapi, ketika Hari H datang, duel "big match" ini justru terasa hambar. Liverpool memang memegang kendali, dan didukung puluhan ribu pendukungnya di Anfield, tapi pertahanan Manchester United tampil sekokoh Bendungan Katulampa saat tidak ada hujan.
Raphael Varane seperti menemukan kembali versi performa masih di Real Madrid, sementara Andre Onana mampu menunjukkan versi performa saat di Inter Milan. Sebuah kombinasi yang tak disangka-sangka.
Dengan kombinasi performa seperti itu, ditambah kejutan strategi pertahanan gerendel ala Erik Ten Hag, gelombang serangan Liverpool dan tekanan atmosfer spesial khas Stadion Anfield benar-benar bisa dibendung.
Mohamed Salah dan Luis Diaz gesit seperti biasa, tapi buntu, sementara Darwin Nunez seperti biasa tampil melempem di lini depan The Kop, seperti halnya Rasmus Hjlund di lini depan The Red Devils.
Sekalipun Diogo Dalot dikartu merah wasit, tak ada gol tercipta. Ini adalah tim yang benar-benar berbeda. Dari yang sebelumnya seperti bermain tanpa arah, kini Manchester United terlihat punya tujuan.
Sekalipun harus memarkir truk kontainer di depan gawang, itu tak masalah, selama tim tidak tumbang. Maka, wajar kalau satu poin yang didapat ini terasa seperti sebuah kemenangan buat tim tamu, karena setidaknya sedikit mengurangi tekanan berat belakangan ini.
Sebuah alasan bagus untuk sedikit bereuforia, sekaligus titik rawan berbahaya. Secara umum, tim kesayangan Manchunian ini sebenarnya belum lepas dari krisis, karena baru saja rontok di fase grup Liga Champions dan masih tertahan di posisi 7 klasemen sementara Liga Inggris.
Bagi Liverpool, hasil imbang tanpa gol ini jelas merupakan satu kerugian, karena membuat Arsenal mampu merebut posisi puncak klasemen sementara Liga Inggris.
Kalaupun ada hal positif, itu datang dari fakta bahwa tim asuhan Juergen Klopp tidak kebobolan, dalam situasi yang sering membuat mereka kecolongan.
Satu lagi, pada pertandingan liga berikutnya, giliran Arsenal yang akan bertandang ke Anfield. Sebuah kesempatan menarik untuk merebut lagi posisi puncak.
Tapi, dari pertandingan melawan Manchester United ini, Liverpool juga memperlihatkan sebuah PR yang belum tuntas di lini tengah. Meski sudah lebih hidup dibanding musim lalu, area ini mulai terlihat keropos di periode sibuk.
Alexis MacAllister absen karena cedera, Â disusul Ryan Gravenberch yang harus ditarik keluar saat melawan Si Setan Merah, sementara performa Dominik Szoboszlai belakangan agak menurun. Praktis hanya Wataru Endo yang belakangan mulai berkembang bersama Trent Alexander-Arnold yang biasa tampil kreatif saat digeser ke lini tengah.
Dengan Thiago Alcantara dan Stefan Bajcetic belum diketahui pasti kapan bisa pulih, jelas terlalu riskan kalau Si Merah masih merasa baik-baik saja. Untuk saat ini, mereka butuh tambahan satu gelandang yang fit, supaya tidak macet di tengah jalan.
Sebenarnya, masalah serupa juga ada pada lini belakang, dengan Joel Matip absen karena cedera lutut parah. Tapi, keberadaan Jarrel Quansah, ditambah rencana klub menarik pulang Rhys Williams dan Nat Phillips dari masa pinjaman membuat masalah ini sedikit teratasi.
Pada akhirnya, laga The Northwest Derby memang hanya menghasilkan satu poin, tapi ini bisa jadi titik balik buat kedua tim, karena akan memperlihatkan, tim mana yang mampu memanfaatkan momentum ini untuk bangkit, dan tim mana yang akan larut dan ambruk, entah karena terlalu kecewa, atau terlalu gembira.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H