Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Olympique Lyonnais, dari Dominasi ke Turbulensi

6 Desember 2023   23:39 Diperbarui: 8 Desember 2023   02:44 1270
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bender Olympique Lyonnais. (Olivier Chassignole/AFP via tribunnewswiki.com)

Bicara soal Ligue 1, sebagian orang mungkin akan langsung mengaitkan liga satu ini dengan PSG. Maklum, dalam 11 edisi terakhir, Les Parisiens juara liga sebanyak 9 kali.

Catatan ini mungkin menarik, tapi ternyata masih belum bisa menandingi rekor istimewa Olympique Lyonnais, yang masih memegang rekor juara liga beruntun terpanjang (7 kali) antara tahun 2001-2008.

Pada periode ini, Lyon ditangani pelatih-pelatih lokal jempolan seperti Jacques Santini, Paul Le Guen, Gerard Houllier dan Alain Pertin. Secara materi pemain, rival bebuyutan Saint-Ettienne ini juga menampilkan perpaduan unik, antara pemain lulusan akademi dan pemain yang direkrut dari bursa transfer.

(Getty Images via Thealthletic.com)
(Getty Images via Thealthletic.com)

Dari akademi, Les Gones antara lain mengorbitkan Hatem Ben Arfa, Karim Benzema, dan Sidney Govou. Sementara itu, dari bursa transfer, nama-nama tenar seperti Sonny Anderson dan Juninho Pernambucano (Brasil), Michael Essien (Ghana) sampai Eric Abidal (Prancis) berhasil didatangkan, berkat tangan dingin Jean Michael Aulas selaku bos klub.

Selama menjadi kekuatan dominan di Ligue 1, klub yang berdiri tahun 1950 ini juga rutin tampil di fase gugur Liga Champions. Kurang lebih seperti PSG sejak dibeli Nasser Al Khelaifi.

Momen saat Lyon juara Ligue 1 musim 2007-2008 (UEFA.com)
Momen saat Lyon juara Ligue 1 musim 2007-2008 (UEFA.com)
Dominasi mereka di liga domestik praktis berakhir, ketika Bordeaux keluar menjadi juara Ligue 1 musim 2008-2009. Kala itu, klub yang saat ini bermain di Ligue 2 Prancis dimotori duo Marouane Chamakh-Yoann Gourcuff dan dilatih Laurent Blanc, eks bek legendaris Timnas Prancis.

Uniknya, meski tak pernah lagi juara liga sejak saat itu, mereka seperti bertukar nasib dengan tim sepak bola wanita Olympique Lyonnais.

Di kompetisi sepak bola wanita, Les Lyonnaises mampu meraih 16 titel liga domestik, yang menjadi catatan terbanyak di Prancis, dengan yang pertama kali diraih pada musim 2006-2007.

Di Eropa, klub yang dibintangi Ada Hegerberg (Norwegia, peraih Ballon D'Or Wanita tahun 2018) juga masih memegang rekor juara Liga Champions Wanita terbanyak (8 kali), dengan 5 diantaranya dimenangkan secara beruntun (2015-2020).

Tim wanita Olympique Lyonnais, berjaya di Prancis dan Eropa (Theguardian.com)
Tim wanita Olympique Lyonnais, berjaya di Prancis dan Eropa (Theguardian.com)
Meski surut di dalam negeri tim sepak bola pria, The Kids justru mampu mencatat prestasi tinggi di level benua, dengan dua kali lolos ke semifinal Liga Champions (2009-2010 dan 2019-2020) dan sekali menjadi semifinalis Liga Europa (2016-2017).

Pada periode pascadominasi liga ini, pemain lokal lulusan akademi macam Corentin Tolisso, Nabil Fekir, Samuel Untiti, Tanguy Ndombele dan Alexandre Lacazette mampu berpadu-padan dengan pemain-pemain rekrutan macam Hugo Lloris dan Bafetimbi Gomis (Prancis), Miralem Pjanic (Bosnia-Herzegovina), Memphis Depay (Belanda) dan Lisandro Lopez (Argentina), yang datang silih berganti.

Meski tak selalu lolos ke Liga Champions, Lyon masih mampu rutin tampil di kompetisi antarklub Eropa, karena rutin finis di papan atas klasemen Ligue 1.

Sebuah penurunan yang masih bisa dimengerti, karena PSG begitu dominan, sementara klub-klub seperti AS Monaco, Lille, Marseille dan Nice bergantian menciptakan kejutan.

Tapi, sejak menjadi semifinalis Liga Champions musim 2019-2020, grafik performa klub penghuni Stadion Parc Olympique Lyonnais ini tampak menurun. Mereka hanya tampil di Liga Europa pada musim 2021-2022, dan selebihnya finis di papan tengah liga.

Di sini, pendekatan Jean Michael Aulas yang dulu sukses besar sudah dianggap kuno, karena meski akademi klub rajin mencetak pemain bagus, klub dianggap kurang berani berbelanja pemain di bursa transfer.

John Textor dan Jean Michael Aulas (Thealthletic.com)
John Textor dan Jean Michael Aulas (Thealthletic.com)
Perubahan lalu berjalan, seiring hadirnya John Textor (Amerika Serikat) sebagai pemilik baru klub sejak akhir tahun 2022. Masalahnya, Lyon tak bisa leluasa belanja pemain di bursa transfer musim panas 2023, akibat sanksi lembaga pengawas keuangan khusus sepak bola Prancis (DNCG) menyusul pelanggaran finansial klub musim 2022-2023.

Apa boleh buat, persiapan tim pun terlihat seadanya, dan itu membuat performa tim jauh di bawah standar saat kompetisi bergulir. Alhasil, klub yang tadinya bisa bersaing di papan atas kini terjebak di zona degradasi.

Memang, musim 2023-2024 masih belum separuh jalan, tapi empat kali pergantian pelatih di periode ini jelas bukan alamat baik. Dari Laurent Blanc ke Jean-Francois Vulliez (interim) lalu ke Fabio Grosso dan Pierre Sage (eks pelatih akademi klub) rentetan pergantian yang terjadi sejauh ini sudah cukup menggambarkan seberapa kacau kondisi Lyon.

Kalau situasi tak kunjung membaik, rasanya musim 2023-2024 akan jadi musim terburuk klub di kasta tertinggi, dan menjadi babak tragis dari sebuah klub yang pernah begitu dominan di Ligue 1 Prancis.

Akankah mimpi buruk itu terjadi?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun