Meski surut di dalam negeri tim sepak bola pria, The Kids justru mampu mencatat prestasi tinggi di level benua, dengan dua kali lolos ke semifinal Liga Champions (2009-2010 dan 2019-2020) dan sekali menjadi semifinalis Liga Europa (2016-2017).
Pada periode pascadominasi liga ini, pemain lokal lulusan akademi macam Corentin Tolisso, Nabil Fekir, Samuel Untiti, Tanguy Ndombele dan Alexandre Lacazette mampu berpadu-padan dengan pemain-pemain rekrutan macam Hugo Lloris dan Bafetimbi Gomis (Prancis), Miralem Pjanic (Bosnia-Herzegovina), Memphis Depay (Belanda) dan Lisandro Lopez (Argentina), yang datang silih berganti.
Meski tak selalu lolos ke Liga Champions, Lyon masih mampu rutin tampil di kompetisi antarklub Eropa, karena rutin finis di papan atas klasemen Ligue 1.
Sebuah penurunan yang masih bisa dimengerti, karena PSG begitu dominan, sementara klub-klub seperti AS Monaco, Lille, Marseille dan Nice bergantian menciptakan kejutan.
Tapi, sejak menjadi semifinalis Liga Champions musim 2019-2020, grafik performa klub penghuni Stadion Parc Olympique Lyonnais ini tampak menurun. Mereka hanya tampil di Liga Europa pada musim 2021-2022, dan selebihnya finis di papan tengah liga.
Di sini, pendekatan Jean Michael Aulas yang dulu sukses besar sudah dianggap kuno, karena meski akademi klub rajin mencetak pemain bagus, klub dianggap kurang berani berbelanja pemain di bursa transfer.
Perubahan lalu berjalan, seiring hadirnya John Textor (Amerika Serikat) sebagai pemilik baru klub sejak akhir tahun 2022. Masalahnya, Lyon tak bisa leluasa belanja pemain di bursa transfer musim panas 2023, akibat sanksi lembaga pengawas keuangan khusus sepak bola Prancis (DNCG) menyusul pelanggaran finansial klub musim 2022-2023.
Apa boleh buat, persiapan tim pun terlihat seadanya, dan itu membuat performa tim jauh di bawah standar saat kompetisi bergulir. Alhasil, klub yang tadinya bisa bersaing di papan atas kini terjebak di zona degradasi.
Memang, musim 2023-2024 masih belum separuh jalan, tapi empat kali pergantian pelatih di periode ini jelas bukan alamat baik. Dari Laurent Blanc ke Jean-Francois Vulliez (interim) lalu ke Fabio Grosso dan Pierre Sage (eks pelatih akademi klub) rentetan pergantian yang terjadi sejauh ini sudah cukup menggambarkan seberapa kacau kondisi Lyon.
Kalau situasi tak kunjung membaik, rasanya musim 2023-2024 akan jadi musim terburuk klub di kasta tertinggi, dan menjadi babak tragis dari sebuah klub yang pernah begitu dominan di Ligue 1 Prancis.
Akankah mimpi buruk itu terjadi?