Dari generasi yang hampir sama, ada Robinho yang sempat dilabel sebagai Pele Baru, tapi masalah indisipliner membuatnya gagal mewujudkan potensi besar di awal kemunculannya.
Cerita sedikit mirip hadir juga pada sosok Adriano. Hanya saja, pemain yang mencapai puncak performa bersama Inter Milan ini mengalami kemerosotan akibat depresi pascakematian sang ayah.
Ketika generasi berganti, masalah klasik ini ternyata berlanjut, dengan diikuti penurunan kualitas secara perlahan. Dimulai dari Tragedi Mineirazo, saat dibantai Jerman 1-7 di semifinal Piala Dunia 2014, Tim Samba tak lagi sama.
Memang, ada Neymar yang punya kemampuan individu istimewa dan kapabel berperan sebagai pemain nomor punggung 10. Masalahnya, jebolan akademi Santos ini juga lekat dengan masalah indisipliner dan kebugaran.
Alhasil, pada usia 31 tahun, karir The Golden Boy sudah menapak titik nadir: pindah ke Arab Saudi, tapi harus absen lama akibat cedera lutut parah.
Selain Neymar, ada juga Coutinho dan Oscar, dua talenta besar yang redup sebelum waktunya, dan sama-sama menjalani karier di benua Asia.
Sebenarnya, di generasi terkini, Selecao masih punya bakat potensial lain seperti Vinicius Junior dan Endryck, tapi keduanya sama-sama masih perlu meningkatkan level performa, untuk bisa mengisi peran bintang utama tim nasional.
Belakangan, ancaman dekadensi itu semakin terlihat, karena pemain bertalenta dari Brasil cenderung memilih pergi ke Eropa di usia yang semakin muda dengan modal talenta yang masih "mentah" atau "setengah matang".
Setelah Neymar pindah ke Barcelona pada usia 21 tahun pada tahun 2013, ada Vinicius Junior dan Rodrygo yang pindah ke Real Madrid pada usia 18 tahun, masing-masing pada tahun 2018 dan 2019. Daftar ini sudah dipastikan bertambah pada tahun 2024, dengan Endryck bergabung dari Palmeiras ke Real Madrid.
Tren ini jadi satu fenomena wajar, karena ada begitu banyak talenta muda Brasil yang muncul setiap tahun. Secara teknis, transfer pemain muda juga merupakan satu langkah investasi jangka panjang buat klub.
Masalahnya, tidak semua talenta muda itu bisa mekar sesuai harapan. Ada yang berakhir jadi pemain spesialis dipinjamkan seperti Lucas Piazon di Chelsea (2012-2021), Gabriel Barbosa di Inter Milan (2016-2020), Keirrison di Barcelona (2009-2014).