Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Ingat Ajax Amsterdam, Ingat River Plate

23 Oktober 2023   15:55 Diperbarui: 24 Oktober 2023   00:05 459
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ajax Amsterdam, terpuruk di pekan-pekan awal Liga Belanda (Mirror.co.uk)

Pada bulan-bulan awal musim 2023-2024, klub Ajax Amsterdam cukup banyak disorot. Bukan karena performa bagus atau talenta baru yang menarik perhatian, tapi karena performa jeblok di lapangan.

Seperti diketahui, klub raksasa Liga Eredivisie Belanda itu tersesat di zona degradasi, setelah hanya meraih satu kemenangan dan 2 hasil imbang dari 7 pertandingan awal. Pada akhir pekan lalu, klub ibukota ini bahkan kalah 4-3 dari FC Utrecht, klub yang sebelum pekan ke 9 hanya mampu menang sekali di 8 pertandingan.

Meski masih punya tabungan dua laga tunda, catatan performa ini jelas sangat jauh dari standar performa klub tersukses di Liga Belanda, yang juga punya salah akademi sepak bola kelas satu di Eropa.

Soal jebloknya performa Si Merah Putih di lapangan, sebenarnya tak lepas dari kekacauan di area teknis. Sejak menjadi juara liga di musim 2021-2022, mereka secara bertutut-turut ditinggal Erik Ten Hag (pelatih, pindah ke Manchester United), Marc Overmars (Direktur Olahraga, mengundurkan diri) dan Edwin Van Der Sar (CEO, mengundurkan diri).

Tak cukup sampai disitu, klub penghuni Stadion Johan Cruyff Arena ini juga ditinggal pemain kunci macam Lisandro Martinez dan Antony (ke Manchester United), Jurrien Timber (Arsenal) ditambah duo Mohammed Kudus dan Edson Alvarez (West Ham).

Meski mendatangkan banyak uang seperti biasa, pemain pengganti yang didatangkan seperti Josip Sutalo, Gaston Avila dan Carlos Forbs ternyata tidak bisa langsung klik di tim.

Ditambah lagi, Direktur Olahraga baru klub, yakni Sven Mislintat hanya bertugas efektif selama empat bulan, setelah menjalani periode singkat penuh disharmoni dengan pelatih Maurice Steijn, yang belakangan dicopot tak lama setelah kekalahan dari FC Utrecht. 

Untuk ukuran tim pemenang 36 gelar juara Liga Belanda dan 4 gelar juara Liga Champions, ini jelas sebuah bencana. Tapi, kasus seperti ini ternyata pernah terjadi juga di River Plate, klub raksasa Liga Argentina, tepatnya pada tahun 2011.

Kebetulan, klub rival bebuyutan Boca Juniors ini juga punya profil mirip Ajax: klub tersukses di liga (36 kali juara), punya akademi sepak bola kelas satu, dan mampu berprestasi di level benua. Uniknya, mereka juga punya seragam utama berwarna khas putih dan merah.

Sebelum tahun 2011, La Banda berbagi status elit dengan Boca Juniors sebagai tim yang tak pernah terdegradasi dari kasta tertinggi Liga Argentina. Selain itu, mereka juga rutin mengekspor pemain bintang ke liga top Eropa.

Mulai dari era Daniel Passarella,
Ramon Diaz, Pablo Aimar sampai Javier Mascherano, akademi River selalu punya talenta kelas satu yang juga jadi pilar di tim nasional. Dari klub ini juga, Diego Simeone membangun reputasi sebagai salah satu jago taktik dari Argentina.

Selain mengorbitkan pemain lokal, mereka juga ikut mengorbitkan pemain asing sekelas Enzo Fransescoli (Uruguay, saat ini menjadi pelatih tim utama), Marcelo Salas (Chile), Radamel Falcao (Kolombia) dan Alexis Sanchez (Chile).

Tapi, akibat salah urus manajemen yang parah, klub penghuni Estadio Monumental ini terjerat hutang sebesar 75 juta dolar Amerika dan mengalami krisis keuangan pada tahun 2011.

Sebenarnya, tanda-tanda penurunan sudah terlihat sebelumnya, yakni ketika klub ibukota Argentina ini sempat terdampar di dasar klasemen pada putaran pertama (Apertura) Liga Argentina musim 2008. Beruntung, di bawah arahan Diego Simeone, Ariel Ortega dkk bisa bangkit di putaran kedua (Clausura) dan menjuarai liga di musim 2008.

Rupanya, prestasi ini membuat tim terlena, dan ketika penurunan terjadi lagi di tahun 2011, mereka tak kuasa menghindari jerat degradasi dan kehilangan status spesial di Liga Argentina. Satu momen pahit yang disambut amukan suporter setia klub, segera setelah dipastikan terdegradasi.

Momen saat River Plate terdegradasi tahun 2011 (Skysports.com)
Momen saat River Plate terdegradasi tahun 2011 (Skysports.com)
Beruntung, manajemen klub lalu berbenah. Hasilnya, River hanya setahun mencicipi kerasnya kompetisi kasta kedua Liga Argentina, dan meraih beragam prestasi dalam sedekade terakhir, termasuk torehan sepasang trofi Copa Libertadores, Liga Champions nya Amerika Selatan.

Dalam era kebangkitan ini juga, Los Millonarios mengorbitkan pemain macam Enzo Fernandez, Exequiel Palacios, Gonzalo Montiel, dan Julian Alvarez. Keempatnya, plus kiper senior Franco Armani, turut meraih trofi Piala Dunia 2022 bersama Timnas Argentina di Qatar.

Kembali ke Ajax Amsterdam. Untuk saat ini, mereka memang sedang dalam posisi menurun, tapi berhubung penurunan ini bersifat sangat drastis, mereka perlu mengurai dulu benang kusut yang ada, dan menata ulang situasi.

Kalaupun dalam waktu dekat De Rood Witte masih berprestasi di tingkat domestik, tapi  masih kisruh di area teknis, mereka masih harus waspada. Jika tidak, mereka akan bernasib seperti River Plate dulu.

Berprestasi di tengah situasi kacau memang satu hal spesial, tapi itu bukan alasan valid untuk menjadikan semua terlihat baik-baik saja. Selama prestasi itu tidak menyentuh, apalagi diikuti dengan perbaikan akar masalah, ia hanya akan memperparah kerusakan, cepat atau lambat.

Akankah kisah muram River Plate terjadi juga di Amsterdam?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun