Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sisi Lain Masalah Literasi Kita

20 Oktober 2023   15:55 Diperbarui: 20 Oktober 2023   15:59 152
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Itulah mengapa, di banyak negara maju, ada akademi sepak bola dengan beragam kategori kelompok umur yang sifatnya berjenjang, sebagai persiapan menuju level senior atau profesional.

Berangkat dari masalah yang kadung membudaya ini, wajar kalau pada prosesnya, ada lebih banyak penulis nonfiksi yang memilih "main aman" dengan menulis artikel diary atau "tips & tricks" daripada beropini sebagai diri sendiri.

Kalaupun ada ruang bebas, itu hanya ada di media sosial, yang jelas bebas aturan teknis, kecuali kalau kena report pengguna lain.

Jadi, jangan kaget juga kalau minat membaca (apalagi menulis) tidak kunjung naik. Sistem yang ada tidak dirancang untuk mendukung minat dan bakat itu, apalagi sampai mengembangkannya secara berkelanjutan.

Kalaupun ada pengakuan, itu lebih banyak diberikan kepada pemenang penghargaan. Makanya, kita kadang menjumpai ada penulis yang begitu rajin dan berambisi mengejar, tapi menghilang setelah menang penghargaan.

Memang, ini bisa menginspirasi, tapi tidak menghasilkan dampak berkelanjutan, karena wujudnya bukan siklus sirkular, tapi siklus putus-sambung bin tambal sulam. Sekali tak ada yang meneruskan, balik kanan bubar jalan.

Akar masalah kedua, datang dari penempatan posisi antara tulisan dan pembaca. Disadari atau tidak, sebagian penulis kadang menempatkan diri lebih tinggi dari pembaca, sehingga kadang terlihat lebih "pintar".

Kalau konteksnya jurnal ilmiah, memang ada aturan baku soal tata bahasa dan teknis, tapi jurnal ilmiah menjadi terkesan eksklusif di kalangan akademisi saja, karena aturan baku yang ada tidak diimbangi dengan interpretasi yang luwes dan bisa dipahami semua kalangan.

Padahal, sebuah tulisan (seharusnya) "duduk sama rendah, berdiri sama tinggi" dengan pembaca, sehingga pembaca bisa mengikuti alur dan memahami tulisan tersebut.

Dengan posisi seperti ini, pembaca akan bisa merespon sebuah tulisan dengan tepat, bahkan bisa membuat tulisan tanggapan atau sanggahan yang sesuai. Sama seperti sebuah obrolan dua arah yang sehat.

Terkait interpretasi jurnal ilmiah ke dalam tulisan seperti artikel, beberapa waktu lalu, saya mendapat satu pengalaman terapan, ketika seorang teman lama, yang berkecimpung sebagai akademisi di bidang teknik elektro, meminta saya membuat satu tulisan seputar isu tentang kecerdasan buatan, dengan memakai referensi jurnal ilmiah yang diberikannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun