Hanya saja, berhubung ini merupakan satu  budaya baru, perlu ada masa adaptasi yang tidak sebentar. Minimal, ada waktu 1-2 tahun untuk membiasakan diri sebelum berjalan secara rutin di tahun tahun selanjutnya.
Situasinya kurang lebih sama dengan hadirnya suporter tim tamu di stadion, yang akan diberlakukan musim depan.
Kalau semua berjalan lancar bahkan berdampak positif, maka keberadaan steward di stadion bisa terus dilanjutkan, dengan kualitas yang terus ditingkatkan.
Tapi, kalau keberadaan steward di stadion malah menimbulkan masalah baru, berarti memang belum saatnya steward ditugaskan di Liga Indonesia, karena  memang belum benar-benar siap dengan kehadiran steward.
Pahit, tapi kalau kemungkinan ini yang terjadi, semua hanya perlu mengakui. Di balik harapan manis, kadang ada kemungkinan pahit yang perlu diantisipasi.
Bukan bermaksud pesimis, tapi ini hanya sebuah peringatan, karena sepak bola nasional sudah terlalu banyak mengalami hal-hal pahit, untuk waktu yang tidak sebentar.
Dengan kata lain, di luar masalah tata kelola, sepak bola nasional masih punya masalah kualitas sumber daya manusia yang perlu disiapkan lebih jauh. Kalau segala sesuatunya tidak disiapkan dengan baik, sebagus apapun ide dan rencananya, percuma saja.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H