Judul di atas adalah satu pertanyaan spontan, terkait rencana PSSI mengenai keberadaan Steward Liga indonesia. Rencana ini sebenarnya sudah dicetuskan sejak Tragedi Kanjuruhan setahun lalu, dan belakangan baru mulai diangkat lagi.
Tentu saja, ini merupakan satu ide bagus untuk menghilangkan kesan seram di stadion. Disadari atau tidak, pertandingan sepak bola di Liga Indonesia memang punya kesan seram, karena tingkat potensi gangguan keamanannya cukup tinggi.
Terbukti, selain Tragedi Kanjuruhan yang memakan ratusan korban, ada banyak kasus bentrokan antarsuporter dan kericuhan yang sudah terjadi, khususnya dan masih saja berulang.
Akibatnya, PSSI sampai melarang suporter tim tamu datang ke stadion selama musim 2023-2024. Momen ini rupanya coba dimanfaatkan PSSI, untuk mulai menghidupkan (lagi) ide soal kehadiran steward di stadion.
Sebenarnya, keberadaan steward di stadion sudah menjadi fenomena umum di banyak negara. Banyak event olahraga, termasuk sepak bola, yang sudah terbiasa memakai steward, khususnya sejak 3 dekade terakhir.
Kalau melihat gambaran ini, seharusnya kehadiran steward di Liga Indonesia bisa segera diwujudkan. Hanya saja, masih terdapat satu kompleksitas yang perlu ditangani dulu, sebelum steward stadion mulai bisa bertugas secara efektif.
Seperti diketahui, di balik animo tingginya, masih ada sebagian suporter sepak bola di Indonesia yang kurang tertib. Meski ada polisi atau tentara di stadion saja, barang terlarang seperti flare saja masih sering masuk stadion, apalagi kalau tak ada.
Maka, supaya keberadaan steward ini bisa efektif, harus ada persiapan. Misalnya, dengan menggandeng klub untuk mengedukasi suporter.
Di sini, klub bisa melibatkan pentolan kelompok suporter seperti Bonek, Jakmania, Bobotoh atau yang lainnya, sehingga bisa lebih solid.
Jadi, selain merekrut dan melatih steward, klub bisa menjalankan fungsi mereka dalam mengedukasi suporter, meski seharusnya sudah dilakukan sejak lama.