Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

"Zerbismo", "Zemanlandia" Versi Liga Inggris

2 Oktober 2023   19:35 Diperbarui: 3 Oktober 2023   18:17 597
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Zdenek Zeman, menghadirkan "Zemanlandia" di Foggia (Goal.com)

Dalam setahun terakhir, Brighton menjadi satu sensasi di Liga Inggris, terutama sejak ditangani Roberto De Zerbi. Bersama pelatih asal Italia ini, mereka mampu berkembang pesat.

Tim yang tadinya hanya finis di papan tengah Liga Inggris, perlahan mulai menjelma jadi kuda hitam, bahkan lolos ke Liga Europa untuk pertama kalinya sepanjang sejarah klub.

Secara permainan, tim dari pantai selatan Inggris itu juga sukses menghadirkan satu warna baru. Dibanding tim kuda hitam pada umumnya, yang cenderung bermain simpel dan pragmatis. Secara mengejutkan, mereka justru berani menampilkan gaya main menyerang secara frontal.

Sepintas, pendekatan eks pelatih Sassuolo ini mirip dengan pendekatan "pressing" tinggi ala Marcelo Bielsa di Leeds United, karena sama-sama berani main frontal dengan tempo tinggi, meski timnya tak punya materi pemain mewah.

Hanya saja, pendekatan De Zerbi (yang belakangan dikenal dengan sebutan "Zerbismo") punya titik fokus lebih sederhana: setiap pemain harus tampil sebaik mungkin di posisi masing-masing (baik sebagai individu atau tim) dan berani menyerang tim lawan habis-habisan.

Ini jelas berbeda dengan pendekatan Bielsa atau "Bielsista", yang cenderung lebih kompleks. Maklum, selain menuntut timnya bermain frontal, pelatih asal Argentina itu juga biasa mendorong para pemain untuk bermain dengan tempo tinggi, dan bisa bermain di beberapa posisi berbeda, sehingga tim bisa menyerang maupun bertahan secara serempak

Roberto De Zerbi, membawa Brighton menjadi sensasi di Liga Inggris (Goal.com)
Roberto De Zerbi, membawa Brighton menjadi sensasi di Liga Inggris (Goal.com)

Berkat titik fokus inilah, performa "Zerbismo" tampak lebih stabil, bahkan cenderung meningkat ketimbang "Bielsista", yang cenderung lebih cepat kehabisan bensin dan menurun, khususnya setelah mampu dibaca lawan atau mengalami masalah cedera pemain.

Kalau dirunut lagi, sensasi seperti "Zerbismo" di Liga Inggris ternyata sudah pernah ada sebelumnya di Italia, yakni ketika sepak bola menyerang ala Zdenek Zeman mekar di Foggia, pada masa keemasan Liga Italia, tepatnya pada periode 1989-1994.

Sama seperti De Zerbi, Zeman juga pernah sukses menerapkan sepak bola menyerang di Foggia, klub kecil yang kini bermain di kasta ketiga Liga Italia. 

Bedanya, pelatih asal Republik Ceko ini membawa tim dari kasta ketiga sampai Serie A selama bertugas di sana, sebelum memantapkan reputasi sebagai pelatih kenamaan sekaligus seorang "cult hero" di Liga Italia.

Zdenek Zeman, menghadirkan
Zdenek Zeman, menghadirkan "Zemanlandia" di Foggia (Goal.com)
Meski hanya finis di papan tengah, Foggia waktu itu mampu tampil kompetitif, dan mengorbitkan seorang Giuseppe Signori, yang kelak menjadi salah satu penyerang legendaris Liga Italia.

Menariknya, dari sini jugalah istilah "Zemanlandia" muncul, dan menjadi ciri khas seorang Zdenek Zeman, sosok yang memang menghabiskan sebagian besar karier melatihnya di Italia, dengan antara lain pernah melatih Lecce, Lazio, AS Roma dan Napoli.

Seperti halnya De Zerbi di Brighton, Zeman juga banyak mengandalkan pakem sepak bola menyerang dengan mengandalkan dua sisi sayap.

Akar inspirasinya pun kurang lebih sama: Total Football. Bedanya, De Zerbi banyak terinspirasi oleh Pep Guardiola, yang merupakan murid langsung Johan Cruyff, sang dedengkot Total Football, sementara Zeman terinspirasi oleh sistem permainan formasi dasar 4-3-3 ala Total Football, yang lalu menjadi formasi favoritnya.

Hanya saja, pelatih kelahiran 1947 itu biasa menerapkan juga kompleksitas sistem seperti Bielsa, sehingga membuat timnya kerap kehabisan bensin di penghujung kompetisi.

Pada tahun 2009, istilah "Zemanlandia" sendiri juga telah diabadikan menjadi sebuah judul film dokumenter olahraga oleh sutradara Giuseppe Sansoma (Italia). Film ini secara khusus membahas tentang kiprah Zeman saat menciptakan sensasi di Foggia.

Jika De Zerbi bisa konsisten menciptakan sensasi serupa di Brighton, bukan tak mungkin "Zerbismo" akan jadi versi Liga Inggris dari "Zemanlandia", dan akan diabadikan juga menjadi sebuah film.

Uniknya, meski cenderung lebih stabil, "Zerbismo" ternyata masih punya kelemahan mencolok, seperti halnya "Zemanlandia", yakni tim sering jatuh mental jika sudah kebobolan gol lebih dulu.

Di sini, rencana awal yang rusak bisa menjadi semakin rusak, karena upaya menyerang yang coba dilakukan malah jadi bumerang. Bukannya mencetak gol, malah kebobolan lebih banyak gol.

Pada Liga Inggris musim 2023-2024, kelemahan ini cukup terlihat saat Brighton kalah 1-3 dari West Ham dan 1-6 dari Aston Villa. Di dua pertandingan ini, Si Burung Camar baru bisa merespon setelah kebobolan 3 gol. Selebihnya, mereka mati kutu menghadapi penampilan disiplin dan efektif lawan.

Dengan perjalanan kompetisi yang masih panjang, memang masih ada kesempatan untuk memperbaiki kelemahan ini, tapi berhubung The Seagulls juga masih bermain di Liga Europa, kita masih belum melihat, apakah "Zerbismo" akan membuat tim keteteran atau tidak.

Tapi, dengan apa yang sudah dicapainya sejauh ini, termasuk penampilan di semifinal Piala FA musim lalu, rasanya De Zerbi sudah menapak jalan menjadi seorang "cult hero" di Liga Inggris.

Jika semuanya berjalan lancar dan berakhir dengan baik, rasanya tak butuh waktu lama untuk melihat sang Italiano mendarat di tim besar.

Menariknya, dari dua sosok berinisial Z inilah kita sama-sama diajak melihat, bermain cantik memang tidak selalu bisa mendatangkan trofi, tapi hampir selalu bisa meninggalkan kesan positif, terutama bagi tim yang sekilas terlihat biasa saja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun