Soal kedalaman skuad, ini setidaknya terlihat dari perbedaan skor yang cukup jomplang saat melawan Taiwan. Dengan komponen tim yang berbeda sebagian saja, dan lawan yang juga mengubah komposisi pemain, ternyata membuahkan hasil kontras.
Soal sistem permainan, sinkronisasi di tiap level umur juga perlu disegerakan, supaya tim bisa semakin berkembang. Dengan sistem permainan yang sinkron, para pemain tidak perlu lagi adaptasi taktik karena perbedaan pelatih.
Jadi, tidak ada perbedaan mencolok, ketika para pemain yang biasa dilatih Shin Tae-yong ditangani pelatih lain di event tertentu. Kalaupun ada perbedaan, itu masih sesuai jalur.
Di sisi lain, perbedaan yang ada antara Shin Tae-yong dan pelatih lokal di Timnas Indonesia juga menunjukkan, seberapa jauh sepak bola nasional tertinggal di level Asia.
Di balik perkembangan yang sebenarnya sudah dicapai, masih ada keraguan untuk menatap level Asia, hanya karena masih penasaran di level Asia Tenggara. Selama keraguan ini masih ada, selama itu juga Timnas Indonesia masih akan sulit berbicara banyak di level Asia, apalagi dunia.
Bisa?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H