Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Kisah Periode Kedua Juve-Pogba

15 September 2023   23:44 Diperbarui: 17 September 2023   04:44 1021
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam sepak bola, ada banyak cerita tentang periode kedua seorang pemain di sebuah klub. Jika periode pertamanya berakhir dengan sukses besar, harapan besar sudah pasti ada.

Maklum, baik klub maupun pemain sama-sama sudah saling kenal. Kalaupun ada fase adaptasi, seharusnya itu tidak terlalu sulit, seperti orang yang pulang ke rumah setelah lama pergi jauh.

Masalahnya, tidak semua cerita di periode kedua bisa berakhir semanis cerita Diego Maradona di Boca Juniors, Gerard Pique di Barcelona, atau Zlatan Ibrahimovic di AC Milan. Ada banyak cerita "balikan sama mantan" yang berakhir muram.

Ada Kaka dan AC Milan di Italia, Diego Costa dan Atletico Madrid di Spanyol, juga Cristiano Ronaldo dan Manchester United di Inggris. Semuanya menikmati periode pertama sebagai bintang utama dengan aneka prestasi, tapi redup di periode keduanya, entah karena performa menurun atau masalah lain.

Belakangan, daftar suram itu kembali bertambah, dengan Paul Pogba dan Juventus sebagai lakon. Seperti diketahui, pada periode pertamanya di Turin (2012-2016) Pogba muncul sebagai seorang pemain bintang.

Terbukti, berbagai prestasi mampu diraih di Turin, termasuk gelar Scudetto beruntun dalam satu periode dominan Juve di Liga Italia. Kesuksesan gelandang Prancis itu makin lengkap, karena ia datang secara gratis, tapi pergi sebagai pemain termahal dunia.

Benar-benar sebuah cerita sukses yang akan membuat Juventini manapun akan punya (minimal sedikit) optimisme saat Si Gurita memutuskan pulang ke Allianz Arena sebagai seorang juara Piala Dunia 2018.

Keyakinan itu juga terlihat dari keputusan manajemen Juventus yang memberi kontrak berdurasi empat tahun. Dengan kata lain, Pogba diharapkan dapat menjadi satu figur penting dalam proyek olahraga klub.

Tapi, harapan tinggal harapan, karena pemain berdarah Guinea itu ternyata pulang dalam keadaan sudah "habis". Akibat rentetan cedera otot kambuhan, dirinya hanya mampu tampil selama total 161 menit sepanjang musim 2022-2023.

Musim 2022-2023 juga menjadi semakin suram, karena masalah pribadi di luar lapangan melengkapi absensi di Piala Dunia 2022.

Sebenarnya, masalah cedera kambuhan sudah mengakrabi Pogba (bersama masalah indisipliner dan gaya hidup ugal-ugalan) sejak masih di Manchester United, tepatnya tak lama setelah meraih trofi Piala Dunia 2018, tapi efek negatif masalah ini baru benar-benar meningkat setahun belakangan.

Masalah cedera kambuhan, ditambah beban gaji tinggi inilah, yang membuat kontrak sang gelandang di Old Trafford tidak diperpanjang.

Pada awal musim 2023-2024, situasi sebenarnya sudah sedikit lebih baik. Dua penampilan sebagai pemain pengganti (versus Empoli dan Bologna di Serie A) plus sekali masuk bangku cadangan (versus Udinese) setidaknya menunjukkan, kondisi seorang Paul Labile Pogba sudah tidak seringkih tahun lalu.

Sayang, masalah cedera otot lalu kembali datang, dan disambung dengan gagal lolos tes doping. Akibatnya, ancaman sanksi maksimal 4 tahun pun datang.

Bianconeri pun bersiap mengambil langkah ekstrem, jika Il Polpo terbukti bersalah, yakni dengan memutus kontrak, meski ada beban gaji 10 juta euro setahun. Tak cukup sampai disitu, tim asuhan Massimiliano Allegri juga bersiap mengincar Thomas Partey (Arsenal) sebagai pengganti.

Langkah ini menjadi satu kebiasaan di klub sepak bola profesional (khususnya di Eropa) jika ada pemain yang terkena sanksi doping lebih dari setahun. Penyebab umumnya, karena doping merupakan pelanggaran kontrak serius.

Andai benar cerita Pogba dan Si Zebra harus berakhir suram, maka ini akan jadi satu episode "balikan" tersuram yang pernah ada; datang dengan ekspektasi dan gaji besar, tapi sering cedera dan terancam berakhir muram akibat masalah doping.

Di sisi lain, kisah Pogba dan Juventus ini sekali lagi membuktikan, meski sudah saling kenal, "balikan ke mantan" tidak selalu indah. Meski sudah saling kenal, situasi mungkin sudah berbeda; ada mantan yang kembali dalam kondisi lebih baik, dan ada yang berada dalam kondisi lebih buruk sejak berpisah.

Apesnya, kasus kedualah yang sedang dialami Juventus dan Pogba.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun