Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Timnas U-23 dan Sebuah Revolusi Mental

14 September 2023   23:58 Diperbarui: 15 September 2023   00:00 217
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kemenangan 9-0 atas Taiwan dan 2-0 Turkmenistan di Kualifikasi Piala Asia U-23, pada jeda internasional FIFA September 2023 menjadi satu capaian impresif. Selain karena mampu menyapu bersih kemenangan, untuk pertama kalinya sepanjang sejarah, Tim Garuda Muda lolos ke Piala Asia U-23.

Uniknya, sama seperti Piala Asia senior, Piala Asia U-23 juga akan dihelat di Qatar, yakni pada tahun 2024. Bedanya, Piala Asia senior digelar di awal tahun, sementara Piala Asia U-23 digelar pada bulan April-Mei.

Dengan performa bagus yang ditampilkan di Kualifikasi, tentu saja optimisme itu ada.  Tim ini sudah mulai terbiasa bermain dengan skematis, dan punya level stamina lebih baik.

Tapi, bukan berarti tim asuhan Shin Tae-yong ini boleh dibebani target seenaknya. Apalagi sampai diberitakan berlebihan.

Maklum, Piala Asia U-23 adalah turnamen kelompok umur, yang sebenarnya bertujuan untuk membina pemain muda, dengan memberi pengalaman bertanding di turnamen besar. Kebetulan, Piala Asia U-23 juga merupakan kualifikasi menuju Olimpiade.

Jadi, sekalipun nanti melangkah jauh di Piala Asia U-23, bahkan lolos ke Olimpiade 2024 di Paris, capaian ini bukan golnya, karena penilaian valid sebuah generasi tim nasional datang dari capaian di level senior.

Lagipula, kalau dilihat lagi, Piala Asia U-23 tidak masuk kalender FIFA. Otomatis, kemungkinan sejumlah pemain "abroad" absen pun meningkat. Ini berbeda dengan uji coba internasional FIFA atau Piala Asia senior yang memang masuk kalender FIFA, sehingga klub wajib melepas pemain ke tim nasional.

Seperti diketahui, Garuda Muda punya Rafael Struick (ADO Den Haag, Belanda) Ivar Jenner (FC Utrecht, Belanda), Elkan Baggott (Ipswich Town, Inggris), Marselino Ferdinan (KMSK Deinze, Belgia) dan Pratama Arhan (Tokyo Verdy, Jepang).

Itu masih belum termasuk Ronaldo Kwateh (Bodrumspor, Turki) atau pemain diaspora lain, khususnya jika ada nama terbaru yang akan dinaturalisasi. Maklum, PSSI dan Kemenpora belakangan cukup giat menggali potensi diaspora Indonesia yang aktif di sepak bola.

Dengan kemungkinan tampil dengan tim seadanya di Qatar, maka segala prediksi rasa ekspektasi layak ditepikan dulu. 

Di sisi lain, pengalaman bertanding di level Asia seharusnya bisa jadi kesempatan untuk sepak bola kita mulai naik kelas, setidaknya dalam hal pola pikir. Dengan demikian, ada satu revolusi mental yang akan membuat tim lebih baik.

Sudah bukan saatnya lagi kita hanya memandang level AFF seperti bonsai, karena hanya ada stagnasi di sana. Dengan mulai terbiasa memandang level Asia dengan berani, seharusnya nyali itu akan tumbuh seiring waktu.

Bisa?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun