Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Sisi Lain Gebrakan Liga Saudi

4 Agustus 2023   06:40 Diperbarui: 5 Agustus 2023   03:04 371
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pada bursa transfer musim panas 2023, tim-tim Saudi Pro League membeli begitu banyak pemain bintang dari liga-liga top Eropa.

Mulai dari pemain gratisan dan senior seperti Roberto Firmino (Brasil) dan Karim Benzema (Prancis) sampai pemain usia puncak yang ditebus mahal seperti Sergej Milinkovic-Savic (Serbia), Sadio Mane (Senegal) dan Ruben Neves (Portugal) semua berbondong-bondong pindah ke Timur Tengah.

Dengan tawaran paket gaji mewah, yang jauh lebih besar dari rata-rata gaji klub di liga-liga top Eropa, sekilas gebrakan Liga Saudi terlihat seperti satu proyek mercusuar.

Maklum, selain pemain, ada juga pelatih asing yang digaji mahal, misalnya Steven Gerrard (Al Ettifaq) yang digaji 17 juta euro setahun dan Jorge Jesus (Al Hilal) yang digaji 10 juta euro setahun.

Sebelumnya, nuansa proyek mercusuar cukup terlihat, saat Cristiano Ronaldo dikontrak Al Nassr dengan paket gaji sebesar 500 juta euro. Angka ini menjadi rekor gaji pemain termahal di dunia.

Nominal gaji spektakuler yang belakangan muncul memang menjadi satu wujud ambisi pemerintah Arab Saudi, untuk mewujudkan visi diversifikasi ekonomi dan memajukan sepak bola nasional di sana.

Tapi, ini hanya satu strategi awal untuk membangun familiaritas Saudi Pro League di mata publik, karena pemerintah Arab Saudi ternyata juga sudah mulai merintis akademi olahraga sejak tahun 2020 dengan nama Mahd Sports Academy.

Dengan demikian, sudah ada pandangan jangka panjang soal pembinaan atlet muda di Arab Saudi, dengan visi membangun sistem yang dapat menciptakan pemain bintang.

Jadi, akan ada saat dimana Liga Saudi tak akan belanja gila-gilaan, karena sudah mampu memproduksi pemain bintang sendiri.

Di lingkup Timur Tengah, pola membangun akademi ini sudah lebih dulu dirintis Qatar di era 2000-an, saat merintis Aspire Academy, yang antara lain bekerja sama dengan akademi La Masia milik Barcelona.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun