Bicara soal kehidupan berkomunitas, mungkin rasanya serba hitam putih. Ada pasang-surut dan naik-turun, karena tidak selamanya semua terasa indah ataupun buruk tanpa putus.
Tapi, dengan segala dinamika di dalamnya, ada satu kekuatan unik, yang membuat komunitas menjadi spesial, terutama jika kita sudah merasa nyaman seperti di rumah sendiri.
Tak peduli seberapa jauh kita pergi, dan seberapa lama kita tak terlibat, selalu saja ada alasan untuk kembali, lengkap dengan rasa nyaman dan penerimaan yang sama.
Di Kompasiana misalnya, setiap kali saya kembali mengunggah tulisan setelah  absen karena tak sempat menulis, rasanya tetap sama. Ada kelegaan karena tulisan sudah selesai dimuat, dan rasa lega karena apa yang saya tulis tidak melanggar aturan.
Soal bagus atau tidaknya, semua saya kembalikan ke pembaca. Sebuah tulisan akan menemukan penilaian paling adil, ketika pembaca yang menilai, bukan penulisnya.
Satu hal yang saya bersyukur itu selalu ada adalah, hal pertama yang dilihat di sini: bukan "seperti apa wujud penulisnya", tapi "apa wujud tulisannya". Selama sudut pandang ini masih digunakan, seharusnya semua masih akan baik-baik saja.
Di luar ruang dunia maya, perasaan yang sama juga cukup terasa, ketika mengikuti event secara offline. Terlepas dari kekurangan fisik yang saya punya, selalu ada penerimaan sangat baik yang selalu membuat semua kekurangan itu jadi sesuatu yang sempurna.
Mungkin ini terdengar klise, dan sudah beberapa kali saya tulis, tapi seiring berjalannya waktu dan bertambahnya pengalaman, apa yang sejauh ini sudah berjalan tetap perlu disampaikan sebagai sebuah refleksi.
Saya hanya menjadikan label dan penghargaan sebagai bonus, karena bukan itu tujuan utamanya. Berkomunitas adalah satu hal yang (seharusnya) berkelanjutan, bukan satu proyek yang selesai ketika semuanya sudah dicapai.
Kalau misal ikut komunitas hanya untuk dapat jodoh atau hadiah, setelah dapat jodoh atau hadiah, mungkin belum tentu lanjut, karena tujuan utamanya sudah tercapai.