Makanya, jika klub milik taipan Timur Tengah berani menjual Mbappe, ini bisa jadi satu langkah koreksi signifikan. Selain bisa memberi pemasukan cukup besar, ada momentum ideal untuk membangun suasana kondusif di tim.
Diantara klub peminat, Real Madrid sering disebut berpeluang paling besar, tapi mereka bukan lagi tim era Galactico yang bisa jor-joran belanja. Dalam beberapa tahun terakhir, Si Putih cenderung selektif belanja pemain.
Soal transfer Mbappe, Los Merengues memang berada dalam situasi yang pas. Kebetulan, pos penyerang tengah sedang lowong usai ditinggal pergi Karim Benzema ke Al Ittihad (Arab Saudi).
Tapi, peluang itu sebetulnya tidak terlalu besar, karena mereka sudah menggelontorkan dana lebih dari 100 juta euro saat memboyong Jude Bellingham dari Borussia Dortmund. Untuk pos penyerang, nama-nama yang masuk radar juga punya banderol lebih murah, seperti Sadio Mane, Harry Kane dan Roberto Firmino.
Jadi, kalaupun bisa bergabung ke Santiago Bernabeu, waktu idealnya adalah musim depan. Kecuali, manajemen El Real berani membongkar tabungan di musim panas ini.
Dengan silang sengkarut di sekelilingnya, sajian sinetron Kylian Mbappe dan PSG menjadi satu potret muram sepak bola era industri, khususnya pada tim yang sejak awal tak berani tegas pada pemain bintang.
Pada satu titik, uang memang bisa jadi daya tarik buat pemain bintang, tapi jika  malah jadi titik eksploitasi, uang itu hanya akan berakhir sebagai senjata makan tuan.
Inilah satu titik yang bisa menentukan arah masa depan PSG di era kepemilikan Qatar. Kalau berani tegas, progres positif di Eropa akan datang cepat atau lambat, kalau tidak, mereka akan stagnan dan sulit berkembang lebih jauh.
Juara di dalam negeri mungkin masih dalam genggaman, tapi berjaya di Eropa masih jauh dalam jangkauan, karena mereka tak kunjung padu sebagai sebuah tim.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H