Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Nuansa Toksik PSG-Mbappe

14 Juni 2023   13:21 Diperbarui: 14 Juni 2023   13:23 216
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tapi, ketika situasi serupa terulang di musim panas 2023, rasanya ini mulai toksik. Memang, Mbappe punya kualitas individu kelas satu dan rajin mencetak banyak gol tiap musim. Usianya juga masih muda, belum mencapai usia puncak performa.

Masalahnya, sehebat apapun eks pemain AS Monaco ini, dia tetap seorang pemain sepak bola di sebuah klub. Secara etika profesional, klub yang seharusnya  mengatur pemain, bukan sebaliknya, karena klub memang punya otoritas untuk itu.

Jadi, ketika yang terjadi justru sebaliknya, bahkan sampai terulang, kita bisa lihat seberapa toksik situasi yang ada, dan seberapa buruk kualitas kontrol internal selama ini.

Untuk kasus Mbappe tahun ini, PSG memang berencana menjual sang bomber, supaya tak pergi secara gratis. Tapi, harga minimalnya cukup besar, 180 juta euro, setara harga belinya dulu.

Harga ini sebenarnya cukup masuk akal, karena nilai manfaat teknis dan komersial Si Kura-kura Ninja jauh lebih besar.

Real Madrid muncul sebagai tujuan potensial, bahkan disebut sudah lama mengincar tanda tangan sang penyerang gesit. Selain klub raksasa Spanyol itu, ada juga Manchester United dan Chelsea yang ikut pasang kuda-kuda.

Meski begitu, situasi toksik tidak langsung mereda, karena setelah menyatakan enggan memperpanjang kontrak, Mbappe malah menyatakan ingin menghabiskan kontrak di PSG.

Tentu saja, ini membuat situasi jadi membingungkan. Diperpanjang enggan,  dilepas pun tak mau. Kalau situasinya kembali seperti tahun lalu, bisa-bisa ini akan jadi ritual tahunan di klub Kota Mode.

Ujung-ujungnya, perpanjangan kontrak jangka pendek, dengan kenaikan gaji tinggi tiap tahun plus wewenang istimewa di klub. Sebuah modus "pemerasan" yang bisa merepotkan kalau terus dituruti.

Ibarat sebuah hubungan, ini adalah satu hubungan toksik dengan tanda "red flag". Sebuah tanda yang sudah cukup membuat seekor banteng matador mengeluarkan jurus "banteng ketaton" karena melihat kain warna merah menyala.

Bukan berarti PSG tak punya fulus, ini bisa menjadi masalah dalam jangka panjang, karena berkaitan dengan aturan Financial Fair Play UEFA yang ketat. Semakin sering dilanggar, semakin berat denda dan hukumannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun