Diluar pertimbangan bisnis yang mengiringinya, tur Asia tim asuhan Lionel Scaloni tetap punya pertimbangan teknis yang tak bisa dikesampingkan. Apalagi, tur Asia ini disebut-sebut menjadi rangkaian persiapan menuju Copa America 2024.
Perpaduan antara bisnis dan teknis ini terlihat, dari pemilihan venue, yakni Beijing dan Jakarta. Selain itu, perbedaan peringkat FIFA Australia dan Indonesia juga sangat jauh. Socceroos berada di posisi 29 (dan sempat menjadi lawan Argentina di babak perdelapan final Piala Dunia 2022) sementara Tim Garuda berada di posisi 149.
Jadi, normal kalau ada rencana rotasi, karena levelnya cukup jauh berbeda. Jangan lupa, Lionel Messi dkk saat ini berstatus tim juara dunia dan peringkat 1 FIFA.
Dengan segala hormat kepada Timnas Indonesia, tim pelatih Argentina tampaknya akan menyesuaikan kekuatan tim dengan lawan yang dihadapi, meski levelnya masih jauh berbeda, dan ini sangat wajar.
Terlalu berlebihan kalau gunting pemotong tulang dan daging digunakan untuk prakarya memotong kertas. Lagipula, di usianya sekarang, Si Kutu tidak bisa melahap semua pertandingan seperti saat masih berusia 20-an tahun.
Situasi kurang lebih mirip juga pernah terjadi saat Belanda datang ke Jakarta (2013) dengan pemain bintang seperti Wesley Sneijder, Robin Van Persie, dan Arjen Robben tidak bermain penuh di laga yang berakhir dengan kemenangan 3-0 Tim Oranye.
Berangkat dari situ, bukan kejutan kalau pendekatan serupa akan diterapkan Argentina di Jakarta. Diluar pertimbangan teknis, ada respek yang ingin coba dijaga, dengan menghadirkan sedikit harapan untuk publik sepak bola nasional.
Tentu saja, sang juara bertahan Copa America ini akan tetap serius. Buktinya, mereka sudah meminta PSSI merahasiakan tempat penginapan tim di Jakarta, dan tidak mempunyai agenda ekstra. Hanya datang, main lalu pulang. Selesai.
Kalaupun menang, skornya mungkin tak setelak Uruguay (7-1) di tahun 2010. Ada setidaknya 3-4 gol tercipta, dengan tim asuhan Shin Tae-yong masih punya beberapa peluang, bahkan mampu mencetak satu gol hiburan.
Bagi sepak bola nasional, pertandingan ini mungkin akan jadi satu publisitas sempurna secara internasional, terkait perbaikan dan prospek yang ada.
Tapi, pertemuan dengan juara dunia ini seharusnya juga bisa membuat kita belajar menyadari, seberapa jauh ketertinggalan sepak bola nasional di tingkat internasional.