Setelah menjalani musim 2022-2023 yang penuh gonjang-ganjing, Tottenham Hotspur memulai langkah awal menghadapi musim baru, dengan merekrut Ange Postecoglou dari Glasgow Celtic sebagai pelatih baru tim.
Seperti diketahui, sebelumnya The Lilywhites sempat dipegang tiga pelatih berbeda dalam semusim, yakni Antonio Conte, Christian Stellini dan Ryan Mason. Situasi ini secara gamblang telah menggambarkan kekacauan di dalam tim, dan membuat mereka gagal lolos ke Eropa.
Maka, wajar kalau Spurs akhirnya mulai bergerilya mencari pelatih baru. Sebelum akhirnya merekrut Postecoglou, nama-nama sekaliber Luis Enrique dan Julian Nagelsmann masuk radar.
Sayang, Â keduanya gagal direkrut karena klub masih belum punya direktur olahraga baru sepeninggal Fabio Paratici yang mundur akibat diskors karena terlibat skandal "Plusvalenza" semasa masih di Juventus.
Dari segi prestasi, Postecoglou terbilang sukses di Celtic. Dalam dua tahun, lima gelar domestik sukses diraihnya, termasuk Treble Winner Domestik musim 2022-2023. Prestasi ini turut membawa klub tampil di babak kualifikasi dan fase grup Liga Champions.
Prestasi itu sekilas memang keren, tapi sebenarnya terlihat biasa saja, karena klub yang bermarkas di Celtic Park itu adalah klub dominan di Skotlandia. Dalam sedekade terakhir, The Bhoys 9 kali juara liga Skotlandia, dan 5 kali meraih Treble Winner Domestik.
Bisa dibilang, klub juara Liga Champions musim 1966-1967 itu seperti Bayern Munich di Bundesliga Jerman atau PSG di Prancis: tim kandidat juara terdepan. Siapapun pelatihnya, dia bisa meraih trofi.
Kesan bingung pada keputusan Spurs menunjuk Postecoglou juga terlihat, dari rekam jejak sang pelatih. Meski sudah berpengalaman melatih sejak tahun 1996, ternyata pelatih asal Australia kelahiran Yunani itu baru dua kali melatih di Eropa.
Sebelum memborong trofi domestik di Glasgow Celtic, pengalaman melatihnya di Eropa hanya didapat saat melatih klub Panachaiki (2008) di kompetisi kasta ketiga Liga Yunani.
Kesempatan "go abroad" lain pelatih kelahiran 1965 ini datang, kala melatih Yokohama Marinos (2018-2021). Di bawah komandonya, gelar JLeague 2019 berhasil disabet klub raksasa Jepang itu.
Selebihnya, sebagian besar karier melatihnya dihabiskan di Australia, baik di klub A-League seperti Brisbane Roar dan Melbourne Victory maupun timnas Australia (junior dan senior).
Selain meraih beragam prestasi di klub, pelatih bernama lengkap Angelos Postecoglou ini sukses membawa Timnas Australia tampil di Piala Dunia 2014 dan juara Piala Asia 2015.
Tapi, jika dilihat dari rekam jejaknya, aneka prestasi yang diraih cukup banyak dipengaruhi oleh materi tim yang sudah cukup bagus dan umumnya merupakan tim kuat secara tradisional.
Maka, ketika eks pemain Timnas Australia itu mengiyakan tawaran Tottenham Hotspur, keputusan ini terbilang berani, karena Spurs sama sekali berbeda dengan tipikal sebagian besar tim yang pernah ditanganinya. Jangankan langganan juara, lolos ke Eropa saja Spurs sudah mulai kesulitan.
Dari perspektif manajemen klub sendiri, keputusan ini benar-benar terlihat seperti sebuah perjudian setelah dibuat bingung karena tak kunjung mendapat pelatih baru.
Entah disengaja atau tidak, tim pimpinan Daniel Levy ini seperti sedang coba meniru langkah Leicester City saat mendatangkan Brendan Rodgers dari Celtic tahun 2019.
Di bawah polesan eks pelatih Liverpool itu, Si Rubah berhasil meraih Piala FA dan Community Shield tahun 2021, plus beberapa kali lolos ke Eropa.
Satu hal yang bisa dipahami adalah, manajemen klub rival bebuyutan Arsenal ini tampaknya ingin segera mendapatkan pelatih baru, supaya persiapan tim lebih maksimal.
Masalahnya, dengan klub masih belum punya direktur olahraga baru, keputusan menunjuk Postecoglou jadi terkesan aneh dan serampangan. Padahal, meski memasang target finis di papan atas, klub terancam kehilangan Harry Kane, bintang utama tim.
Satu-satunya yang terukur di sini hanya durasi kontrak Postecoglou yang berdurasi dua tahun plus opsi perpanjangan selama setahun. Kalaupun terpaksa berakhir lebih awal, biaya kompensasinya sudah pasti tidak terlalu besar.
Seperti diketahui, sang bomber sedang ditaksir Real Madrid sebagai pengganti Karim Benzema, yang memutuskan pindah ke Al Ittihad setelah kontraknya selesai.
Dengan situasi seperti itu, kehadiran direktur olahraga jelas dibutuhkan, karena wawasan pasar pemain sang pelatih di Eropa masih belum maksimal. Untuk wilayah Asia memang sudah oke, tapi belum cukup bagus untuk wilayah lain, dan harus didukung oleh direktur olahraga, atau minimal tim pencari bakat mumpuni.
Terbukti, selama melatih Celtic, sejumlah pemain Jepang diboyongnya ke Skotlandia. Ada Kyogo Furuhashi, Reo Hatate, Daizen Maeda, Yuri Kobayashi, Tomoki Iwata dan Yosuke Ideguchi. Ada juga Aaron Mooy, gelandang berpengalaman asal Australia yang juga diboyongnya ke Glasgow.
Jadi, bukan kejutan kalau nanti akan ada pemain baru asal Asia di Spurs.
Dengan pengalaman melatih yang cukup panjang, Postecoglou memang punya kemampuan yang sudah cukup teruji, tapi berhubung level kesulitan kompetisi Liga Inggris dan level ekspektasi manajemen Tottenham Hotspur cukup tinggi, ini akan jadi musim panas yang rumit di Tottenham Hotspur Stadium.Â
Menariknya, perjudian Spurs kali ini juga mencetak sejarah, karena Postecoglou akan menjadi pelatih Australia (dan zona AFC) pertama dalam sejarah, yang melatih klub kasta tertinggi Liga Inggris.
Akankah perjudian bersejarah ini sukses?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H