Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Dinamisnya Piala Dunia U-20

26 Mei 2023   13:11 Diperbarui: 27 Mei 2023   00:04 403
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Eldor Shomurodov bintang Uzbekistan di Liga Italia (Rainews.it)

Bicara soal Piala Dunia, kebanyakan orang mungkin akan menyebut jagoan Eropa dan Amerika Selatan sebagai pesaing tetap. Diluar keduanya, tak banyak yang bisa melangkah sampai semifinal apalagi final.

Kalau konteksnya Piala Dunia senior, asumsi ini tepat. Tapi ketika konteksnya digeser ke Piala Dunia U20, dinamikanya cukup berbeda.

Tim-tim Eropa dan Amerika Selatan memang masih mendominasi daftar pemenang, dengan Argentina (6 kali juara) dan Brasil (5) sebagai tim tersukses. Tim unggulan seperti Spanyol, Prancis, Inggris dan Jerman sama-sama sukses meraih 1 trofi.

Tapi, ditengah nama-nama familiar itu, terselip juga tim-tim yang di Piala Dunia senior jarang melangkah jauh, tapi mampu berjaya di level junior. Ada Portugal dan Serbia yang 2 kali juara, ditambah Rusia dan Ukraina (1 kali juara).

Uniknya, ada dua tim yang pernah juara Piala Dunia senior, tapi belum pernah juara, yakni Italia dan Uruguay. Italia sempat menjadi finalis edisi 2017, sementara Uruguay dua kali menembus final, yakni pada edisi 1997 dan 2013.

Bagaimana dengan wakil regional lain?

Dari Asia dan Afrika, sebenarnya gebrakan awal sudah sempat hadir dari Qatar, yang secara sensasional melaju ke babak final edisi 1981, setelah pada prosesnya mengalahkan Brasil 3-2 di perempatfinal, lewat trigol.Khalid Salman.

Meski akhirnya takluk dari Jerman (Barat) di final, Qatar mencatat sejarah sebagai wakil Asia pertama di final. Tim ini kelak diingat sebagai generasi emas pada eranya,  sekaligus menjadi kerangka tim yang tampil di Olimpiade 1984 dan Piala Asia 1988.

Setelah Qatar, ada Korea Selatan dan Nigeria yang mencapai semifinal di edisi 1983 dan 1985. Nigeria bahkan mampu melangkah lebih jauh dengan menembus final edisi 1989, sebelum akhirnya kalah dari Generasi Emas Portugal yang dimotori  Luis Figo dan Manuel Rui Costa.

Luis Figo dan Manuel Rui Costa (FIFA.com)
Luis Figo dan Manuel Rui Costa (FIFA.com)
Dari dua tim yang melaju jauh di Piala Dunia U-20 ini, Nigeria mampu menciptakan kerangka tim juara Piala Afrika dan Olimpiade 1996, yang juga lolos ke fase gugur Piala Dunia (1994 dan 1998).

Dari sekian banyak bintang yang muncul saat itu, ada nama Samson Siasia dan Mutiu Adepoju, yang merupakan bintang jebolan Piala Dunia U-20.

Tapi, kiprah wakil Asia dan Afrika lalu meredup cukup lama. Sebagai gantinya, muncul Amerika Serikat (1989) dan Australia (1991 dan 1993) di semifinal, tapi capaian keduanya masih dibawah Meksiko yang jadi finalis edisi perdana (1977).

Wakil Asia dan Afrika baru mulai sering melangkah jauh sejak edisi 1997 di Malaysia. Dimulai dari Ghana angkatan Stephen Appiah yang mencapai semifinal, sisi dinamis Piala Dunia U-20 mulai terlihat.

Di edisi 1999, Jepang yang dimotori Shinji Ono mampu melaju ke final, meski akhirnya takluk dari cikal bakal generasi emas Spanyol. Kelak, tim Samurai Muda ini menjadi kerangka tim yang tampil di Piala Dunia 2002 dan ikut andil meraih trofi Piala Asia 2004.

Setelah Jepang, wakil Asia terakhir yang mampu lolos ke final adalah Korea Selatan di edisi 2019, yang dibintangi Lee Kang In, pemain Real Mallorca yang ikut ambil bagian di Piala Dunia 2022.

Masih di turnamen yang sama, Mali yang dimotori Seydou Keita (kelak bermain di Sevilla dan Barcelona) muncul sebagai juara ketiga, dalam turnamen yang juga mengorbitkan Xavi Hernandez, maestro lini tengah Spanyol, yang kini melatih Barcelona.

Xavi Hernandez dan Seydou Keita, pernah jadi rival di level junior (Goal.com)
Xavi Hernandez dan Seydou Keita, pernah jadi rival di level junior (Goal.com)
Tren serupa juga hadir di edisi 2001, kala Timnas U-20 Argentina angkatan Javier Saviola juara di rumah sendiri. Kali ini, giliran Ghana yang dimotori Michael Essien yang tampil di final, sementara Mesir yang dibintangi Hossam Ghaly menembus semifinal.

Dari turnamen Piala Dunia U-20 ini juga, tiga wakil Afrika ini menciptakan kerangka tim yang cukup kuat di level senior. Mali beberapa kali lolos ke semifinal Piala Afrika, Mesir beberapa kali juara Piala Afrika, sementara Ghana lolos ke Piala Dunia 2006.

Uniknya, sebelum Maroko menjadi semifinalis Piala Dunia 2022, ternyata mereka sempat menjadi semifinalis Piala Dunia U-20 edisi 2005. Sayang, tim yang dimotori Nabil El Zhar ini kesulitan berprestasi di level senior.

Piala Dunia U-20 edisi 2005 yang dimenangkan Timnas Argentina U-20 angkatan Lionel Messi, juga menjadi panggung besar pertama Timnas Nigeria U-20 angkatan John Obi Mikel. 

Tim yang menjadi finalis di Belanda ini kelak menjadi kerangka tim yang juara Piala Afrika, lolos ke Piala Dunia (2010, 2014 & 2018) dan meraih medali perak Olimpiade 2008.

Lionel Messi dan John Obi Mikel (Dailymail.co.uk)
Lionel Messi dan John Obi Mikel (Dailymail.co.uk)
Momen bersejarah akhirnya hadir, ketika Ghana menjadi juara di edisi 2009, setelah mengalahkan Brasil di final. Untuk pertama kalinya dalam sejarah turnamen, tim juara tidak berasal dari Eropa atau Amerika Selatan.

Turnamen di Mesir ini juga mengorbitkan pemain macam Andre Ayew dan Dominic Adiyiah (Ghana) dan Brian Oviedo (Kosta Rika). Mereka turut ambil bagian, saat Timnas senior masing-masing mencapai perempat final Piala Dunia 2010 dan 2014.

Dengan rekam jejak babak akhir yang cukup dinamis, Piala Dunia U-20 menjadi satu turnamen yang cukup unik, karena terbukti menghadirkan tim-tim yang bukan unggulan

Dari Afrika, bukan hanya Nigeria, Senegal atau Ghana yang bisa melaju jauh. Ada Mali yang dua kali menembus semifinal. Ada juga negara-negara seperti Guinea, Ethiopia, Gambia, Burundi dan Zambia yang pernah tampil di putaran final.

Gambia bahkan mampu membuat kejutan dengan lolos ke babak perdelapan final, usai mengalahkan Prancis 2-1 di fase grup Piala Dunia U-20 edisi 2023.

Dari Asia, tidak hanya wakil Timur Tengah dan Asia Timur saja yang pernah tampil. Dari Asia Tenggara, ada Indonesia yang tampil di edisi 1979. Pada era modern, Asia Tenggara menghadirkan Myanmar yang pernah tampil di putaran final edisi 2015 dan Vietnam (2017).

Dari Asia Tengah, Uzbekistan tampil di Piala Dunia U-20 edisi 2023 sebagai juara Asia. Negara pecahan Uni Soviet ini juga sempat menjadi perempatfinalis edisi 2013 dan 2015. Dari tim edisi 2015 ini, muncul nama Eldor Shomurodov, yang saat ini dikontrak AS Roma (dipinjamkan ke Spezia) dan sempat membela Genoa di Liga Italia. 

Eldor Shomurodov bintang Uzbekistan di Liga Italia (Rainews.it)
Eldor Shomurodov bintang Uzbekistan di Liga Italia (Rainews.it)
Dari zona Oseania, Selandia Baru juga bukan tim yang tanpa lawan di kelompok umur. Ada Tahiti, Vanuatu dan Fiji yang sudah tampil di putaran final.

Tak ketinggalan, zona CONCACAF yang di level senior biasa diwakili Amerika Serikat, Meksiko, Honduras atau Kosta Rika kadang mengirim wakil kejutan. Pada edisi 2023 saja, ada Guatemala dan Republik Dominika yang lolos ke putaran final.

Dengan dinamika kompetisi yang dihadirkan, boleh dibilang Piala Dunia U-20 adalah satu potret cukup meratanya potensi talenta mentah pesepakbola muda di seluruh dunia.

Sisi dinamis ini makin sempurna, karena kebanyakan negara kuat hanya menganggap turnamen ini sebagai satu bagian dari proses pembinaan pemain. Prestasi di sini hanya bonus, karena yang paling penting ada di tujuan akhirnya: Timnas senior.

Tapi, dinamika ini juga menampilkan satu realitas unik, yang ternyata mirip dengan masalah di Timnas Indonesia. Banyak pemain muda potensial yang hebat di level junior, tapi melempem di level senior, karena gagal mengatasi beban harapan besar di level junior.

Alhasil, meski berhasil mengorbitkan pemain macam Xavi Hernandez, Diego Maradona dan Lionel Messi, Piala Dunia U-20 juga menghadirkan beberapa bakat besar yang layu sebelum berkembang, misalnya Yaya Sanogo (Prancis) dan Dominic Adiyiah (Ghana).

Yaya Sanogo (Skysports.com)
Yaya Sanogo (Skysports.com)
Boleh dibilang, turnamen ini menjadi satu batu loncatan sekaligus ujian besar pertama bagi para pemain muda potensial dari seluruh penjuru dunia.

Bersinar di Piala Dunia U-20 memang akan membantu menarik minat klub top, tapi sukses atau tidaknya mereka di masa depan akan ditentukan dari bagaimana perkembangan dan perjalanan karier setelah turnamen.

Inilah yang menjadi titik penentuan, karena pemain yang bersinar di turnamen junior belum tentu akan bersinar juga di tingkat senior, sementara pemain yang bersinar di level senior kadang terlupakan di level junior.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun