Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Timnas U-22, antara Final dan Masalah Mental

14 Mei 2023   13:50 Diperbarui: 14 Mei 2023   13:55 259
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Timnas U-22, menapak final SEA Games 2023 (Goal.com)

Mungkin, kebijakan puasa medsos kurang populer bagi sebagian warganet suporter Indonesia, tapi terbukti berguna, ketika tim mampu menuai hasil positif di fase grup dan menunjukkan mental baja saat mengalahkan Vietnam.

Berhubung hasilnya terbukti ampuh, wajar kalau kebijakan ini masih berlanjut, setidaknya sampai final selesai. Kebetulan, Timnas U-22 sedang bersiaga, karena Pratama Arhan dipastikan absen di final karena mendapat kartu merah.

Soal hasil akhirnya, publik sepak bola nasional pasti berharap Indonesia meraih medali emas. Andai benar bisa diraih, tentu sangat melegakan, tapi inilah satu titik menuju masalah mental berikutnya, yakni rasa puas diri.

Dalam beberapa kasus, ketika Timnas Indonesia juara Piala AFF U-16, U-19 dan U-22, para pemain dibanjiri pujian dan apresiasi dari berbagai pihak, bahkan ada yang sampai membuat acara khusus di televisi.

Tujuan awalnya memang bagus, bahkan bisa memotivasi, tapi ketika itu justru menghasilkan rasa puas diri, tim justru jadi berantakan di turnamen berikutnya. Ada yang gagal lolos kualifikasi Piala Asia, dan ada yang lolos, tapi hanya jadi bulan-bulanan lawan di fase grup. Tragis.

Berhubung efeknya lumayan serius, andai medali emas berhasil disabet, bukan kejutan kalau kebiasaan puasa medsos nanti akan diterapkan secara menyeluruh di semua kelompok umur Timnas Indonesia.

Pada awalnya, ini akan jadi satu kejutan buat media dan warganet Indonesia, tapi bisa menjadi satu metode edukasi yang baik, khususnya dalam bermedia sosial.

Jika mampu dibudayakan dengan baik, ini bisa membantu warganet dan media kita menjadi lebih baik, tidak berlebihan, apalagi sampai menciptakan aneka kebiasaan toksik.

Bisakah?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun