Meski begitu, dengan potensi sanksinya yang panjang dan dampaknya yang serius, kebanyakan pemain biasanya cenderung lebih berhati-hati, baik dalam menjaga sikap maupun gaya hidup.
Mengingat kontrol sosial di masyarakat dan industri olahraga secara umun yang sangat kuat, kesadaran diri menjadi kunci paling dasar, diluar kesadaran kolektif.
Diluar norma sosial dan yang berlaku, faktor lain yang membentuk kesadaran diri seorang atlet adalah sistem pembinaan. Lewat sistem pembinaan, mereka tak hanya dibiasakan berlatih secara fisik, tapi juga secara sikap dan disiplin. Semakin baik sistemnya, semakin bagus hasilnya, dan sistem itu tidak jadi dalam semalam.
Menariknya, dari dua jenis kasus ini, kita bisa melihat bersama, selain nilai kompetitif, sepak bola, seperti olahraga pada umumnya, juga punya nilai integritas yang berhubungan langsung dengan keseharian di masyarakat, lengkap dengan kontrol sosial yang berfungsi baik.
Tentu saja, semua tidak bisa langsung diterapkan sama persis di setiap negara, karena beda negara beda persoalan, tapi inilah nilai aplikatif dari olahraga, yang jika dibudayakan secara serius akan berdampak positif di masyarakat.
Selebihnya, tinggal bagaimana ini disadari dan diseriusi secara berkelanjutan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H