Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Mengurai Sengkarut Manchester United

5 Mei 2023   14:43 Diperbarui: 7 Mei 2023   06:18 798
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Performa buruk Manchester United ketika melakukan laga tandang. Sumber: AFP/Cristian Quicler via kompas.com

Bicara soal kiprah Manchester United musim 2022-2023, banyak yang menyebut, tim ini mengalami banyak peningkatan dibanding tahun sebelumnya. Juara Piala Liga, lolos ke final Piala FA dan berpeluang tampil di Liga Champions menjadi capaian tim sejauh ini.

Secara permainan, tim ini juga sukses meningkatkan levelnya bersama Erik Ten Hag. Tapi, masih ada kelemahan mencolok, yang membuat peningkatan level mereka terlihat biasa saja, bahkan cenderung semu karena masalahnya masih relatif sama.

Kelemahan itu adalah performa yang agak timpang di partai kandang maupun tandang. Akibatnya, United di laga tandang dan kandang terlihat seperti dua tim berbeda, meski materi pemainnya sama persis.

Ketika main di Old Trafford,  Si Setan Merah terlihat sangat percaya diri. Ada rencana taktik yang rapi, semangat menggebu, dan aura sebuah tim besar.

Buktinya, tim-tim seperti Liverpool, Arsenal, Manchester City dan Tottenham Hotspur takluk di Teater Impian yang mendadak angker, dengan hanya Brighton mampu membawa pulang poin penuh di pekan pertama Liga Inggris musim ini.

Tapi, ketika gantian menjadi tim tamu, situasinya berbeda sama sekali. Ada rencana taktik, semangat dan kepercayaan diri, tapi semua itu sering lenyap dirujak tekanan lawan.

Di Liga Europa, kelemahan ini terlihat mencolok saat takluk 0-3 dari Sevilla beberapa waktu lalu. Diwarnai blunder fatal David De Gea dan Harry Maguire, MU tampak berantakan di Estadio Ramon Sanchez Pizjuan, bahkan sejak menit awal.

(Goal.com)
(Goal.com)

Di Liga Inggris, kelemahan ini tampak dimanfaatkan betul oleh lawan, terutama tim yang cukup kuat, dan telah menghasilkan rentetan hasil negatif.  Mulai dari terbantai 6-3 di Derby Manchester, takluk 0-2 di markas Newcastle United, kena comeback 2-3 di rumah Arsenal, sampai yang paling parah terbantai 0-7 di Northwest Derby.

Cukup sampai disitu? Ternyata belum.

Dalam dua partai tandang terakhir di liga, tim kesayangan Manchunian ini masih menuai rentetan hasil negatif, setelah tertahan 2-2 di kandang Tottenham Hotspur dan takluk 0-1 di rumah Brighton, Jumat (5/5 dinihari WIB).

Di dua partai ini, sebenarnya Bruno Fernandes dkk menunjukkan peningkatan performa, khususnya di babak pertama. Masalahnya, ketika lawan melakukan pergantian pemain dan perubahan taktik di babak kedua, mereka tampak kebingungan sebelum akhirnya kecolongan.

Di Tottenham Hotspur Stadium, masalah ini membuat keunggulan 2-0 di babak pertama sirna, sementara di markas Brighton, handsball Luke Shaw di injury time babak kedua membatalkan torehan satu poin di depan mata. Eksekusi penalti Alexis MacAllister sukses mengecoh David De Gea dan memastikan Brighton menang.

Rentetan performa ini, ditambah situasi yang belakangan berkembang, (seharusnya) menjadi sebuah peringatan keras buat United, karena masalah mental (khususnya di partai tandang) masih jadi kelemahan serius.

Celakanya, kelemahan ini berpadu padan dengan masalah kedalaman kualitas tim. Jika tak ada masalah cedera atau suspensi pemain utama, The Red Devils adalah salah satu tim terkuat liga, tapi level itu anjlok ketika pemain utama absen.

Di lini depan, Marcus Rashford memang cukup rajin mencetak gol, tapi ketika penyerang Timnas Inggris itu melempem atau absen, habis sudah.

Pada beberapa kesempatan, lini tengah rival sekota Manchester City sempat limbung saat Casemiro kena suspensi. Di lini belakang, cedera Lisandro Martinez dan Raphael Varane adalah alasan sempurna untuk Manchunian ketar-ketir, karena kualitas pelapisnya tidak sepadan.

Harry Maguire memang relatif bebas cedera, tapi bek tengah termahal dunia itu lebih produktif dalam hal melakukan blunder fatal. Saking gawatnya, Luke Shaw yang aslinya seorang bek sayap sampai diplot jadi bek tengah dadakan.

Berangkat dari berbagai keruwetan yang ada, andai United sampai gagal finis di zona Liga Champions, ini bukan kejutan, karena menjadi buah dari kompleksnya masalah yang ada di tim.

Andai ternyata berhasil finis di posisi empat besar Liga Inggris, capaian ini bukan untuk dirayakan secara berlebih, karena masih ada banyak masalah yang harus diperbaiki, termasuk masalah mental bertanding di partai tandang, dan kedalaman kualitas tim.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun