Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Hubungan Unik Sepak Bola dan Musik

1 Mei 2023   13:55 Diperbarui: 1 Mei 2023   14:01 246
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (BBC.co.uk)

Sepak bola dan musik, keduanya sudah lama menjadi teman sehati yang saling mengisi. Ada kalanya sepak bola menginspirasi sebuah karya musik, seperti halnya musik memberi tambahan energi dan semangat di lapangan hijau.

Di level antarklub, kita banyak melihat, betapa hidupnya suasana dan semangat ketika seisi stadion menyanyikan lagu dukungan untuk tim kesayangan. Mulai dari "You'll Never Walk Alone" di kandang Liverpool, Borussia Dortmund dan Glasgow Celtic, "Cant Del Barca" di Barcelona sampai "Song of Pride" yang biasa menemani aksi Persebaya Surabaya di dalam negeri.

Tidak seperti hubungan sepak bola dan politik yang terkesan malu-malu kucing, hubungan sepak bola dan musik cenderung terang benderang sejak lama.

Pada titik tertentu, keduanya bahkan seperti "partner of crime", karena kolaborasi mereka sama-sama mampu menciptakan sebuah memori unik, bahkan satu kebiasaan tak tertulis.

Terbukti, dalam beberapa edisi Piala Dunia, masih ada lagu tema turnamen yang diingat, seperti "La Copa De La Vida"- nya Ricky Martin di Piala Dunia 1998, atau "Waka-Waka"-nya Shakira di Piala Dunia 2010.

Dalam banyak kesempatan, dua lagu ini seperti jadi kunci pembuka memori yang terlupakan, sekaligus penghubung unik antara masa lalu dan masa kini. Mulai dari yang berkesan sampai paling kocak, semua muncul tanpa hambatan.


Uniknya, dari lagu turnamen jugalah, kadang muncul satu "kebiasaan" rutin, pada momen-momen berharga. Misalnya, kebiasaan sebuah tim menyanyikan lirik "Campione" pada pesta juara, yang ternyata berasal dari bagian refrain lagu tema Euro 2000 berjudul "Campione 2000"

Belakangan, ada juga lagu yang menjelma jadi memori kolektif perjalanan satu tim nasional di sebuah turnamen, seperti "Muchachos" yang lekat dengan momen perjalanan gemilang Timnas Argentina di Piala Dunia 2022 dan sempat memuncaki tangga lagu di Argentina.

Aksi ciamik pasukan Lionel Scaloni memang banyak meninggalkan kesan positif.
Saking berkesannya, memori juara Lionel Messi dkk turut diabadikan secara unik lewat sebuah orkestra klasik berikut:



"Musikalisasi sepak bola" ini terasa unik, karena ikut "merayakan" kesuksesan Albiceleste dengan memadukan "intro" dan "outro" lagu kebangsaan Argentina, "chant" khas suporter Argentina untuk Diego Maradona, dan bagian refrain lagu "Muchachos" secara dinamis, tanpa kehilangan karakter teratur khas orkestra musik klasik.

Dari perpaduan unik inilah, suasana yang ada juga menjadi lebih cair. Penonton bisa ikut meramaikan, tanpa lupa bersikap tertib.

Dengan sifat universal yang sama-sama dimiliki, hubungan sepak bola dan musik terasa begitu cair. Terbukti, "musikalisasi" sepak bola mampu menghasilkan satu keindahan yang unik, ekspresif, tapi tak kehilangan karakter masing-masing.

Hubungan sepak bola dan musik yang demikian adem jelas membuat politik sedikit cemburu, tapi disinilah kita bisa melihat, kenapa musikalisasi sepak bola selalu lebih indah dari politisasi sepak bola secara terang-terangan.

Karena, dalam musikalisasi, sepak bola dan musik saling mengisi dalam porsi yang sama. Ada saatnya memberi semangat, ada saatnya berefleksi, dan ada saatnya menginspirasi. Ketika harus melebur pun, mereka mampu meleburkan ego masing-masing ke dalam sebuah harmoni.

Ini jelas berbeda dengan politisasi, yang terlalu sering menuntut porsi lebih, bahkan tak malu memaksa pihak diluar mereka hanya jadi tempelan. Kalau pola sinergi seperti ini terus berlanjut, bukan harmoni yang tercipta, karena ego salah satu pihak terlalu besar.

Pada awalnya, mungkin ini masih terlihat baik-baik saja, tapi ketika ego yang ada semakin besar, situasinya akan seperti minuman soda dalam botol yang terus dikocok sampai berbusa-busa. Sekuat apapun tutup botolnya, suatu saat ia akan terlontar dan lepas sendiri, karena tekanan dari dalam terlalu kuat.

Mungkin, inilah satu alasan mengapa hubungan sepak bola dan politik justru berjalan lebih baik saat sifatnya "backstreet" alias diam-diam. Satu sifat hubungan yang aneh, tapi justru menjadi penyeimbang sempurna, dari hubungan cair sepak bola dan musik, yang selalu berada di jalan terang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun