Tapi, ketika sebulan berselang Spurs dibantai Newcastle United 6-1, semua pihak akhirnya melihat sendiri. Apa yang di-"cepu"-kan eks pelatih Juventus itu benar adanya.
Masalah ini sebenarnya sudah ada sejak beberapa tahun terakhir, dan membuat tim seperti jalan di tempat, bahkan mulai mundur perlahan.
Ada target tinggi, dan manajer elit sekelas Jose Mourinho pun sempat didatangkan. Tapi, kebijakan manajemen yang cenderung "sulit" dalam memberikan dukungan penuh membuat semua terlihat percuma.
Secara kasat mata, Tottenham Hotspur memang masih punya pemain berkualitas dan kondisi keuangan yang sehat, tapi mereka bermain tanpa semangat dan kerja sama tim seperti seharusnya.
Ketika yang dihadapi tim papan tengah, laga yang seharusnya bisa dimenangkan hampir saja berakhir dengan kekalahan. Ketika melawan tim papan atas, Harry Kane dkk seperti hanya berharap pada keberuntungan.
Kalau lawan sedang kurang beruntung, harapan itu ada, tapi kalau mereka
dalam kondisi terbaik, Spurs siap-siap jadi opor ayam, seperti yang terjadi di kandang Newcastle akhir pekan lalu.
Pertandingan yang membuat manajemen klub memecat pelatih interim Christian Stellini memang sangat membagongkan. Seperti pertandingan eksibisi saja. The Magpies bahkan hanya butuh waktu sekitar 20 menit untuk mencetak 5 gol dan memaksa fans tim tamu pulang terlalu cepat.
Dengan tren seburuk itu, rasanya Ryan Mason (yang kembali ditunjuk sebagai pelatih interim) akan menghadapi jalan terjal. Tantangannya pun cukup berat.
Maklum, selain dituntut memperbaiki kekompakan dan performa tim, lawan-lawan sulit seperti Manchester United, Liverpool, Brentford dan Aston Villa sudah menunggu dengan modal tren positif masing-masing.
Dengan situasi yang berkembang akhir-akhir ini, sepertinya Spurs tidak hanya membutuhkan sosok pelatih baru. Mereka juga perlu membangun ulang tim dan merelakan bintang-bintang lawas mereka pergi, sebelum semuanya terlambat.
Jika tidak, finalis Liga Champions 2019 ini akan kesulitan, bahkan untuk sebatas lolos ke Liga Europa di masa depan.