Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Pochettino, Solusi Menarik Chelsea

24 April 2023   16:04 Diperbarui: 25 April 2023   08:22 852
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam beberapa pekan terakhir, proses pencarian manajer baru Chelsea bergulir dengan beragam bumbu "plot twist" menarik. Seperti diketahui, proses yang dimulai sejak Graham Potter dicopot bulan April 2023 lalu ini menghadirkan sejumlah kandidat potensial.

Mulai dari nama besar yang berstatus tanpa klub seperti Luis Enrique dan Julian Nagelsmann, sampai pelatih muda macam Vincent Kompany (Burnley) dan Ruben Amorim (Sporting Lisbon) masuk radar.

"Plot twist" belakangan muncul, ketika Nagelsmann, Enrique, dan Amorim keluar dari daftar. Sebagai gantinya, nama Mauricio Pochettino muncul sebagai kandidat baru bersama Kompany yang masih bertahan di bursa pelatih baru.

Kalau dilihat dari corak taktiknya, manajemen Chelsea tampak ingin membangun tim dengan gaya main agresif dan enak dilihat. Kompany sukses membawa Burnley promosi ke kasta tertinggi Liga Inggris dengan gaya main ala Pep Guardiola, meski tergolong masih hijau sebagai pelatih.

Sementara itu, Pochettino cukup sukses bersama Southampton, Tottenham Hotspur, dan PSG, dengan gaya main agresif ala Marcelo Bielsa, pelatih nyentrik asal Argentina yang notabene mentornya semasa masih bermain

Tapi, kalau melihat situasi tim Chelsea era Todd Boehly, rasanya Pochettino adalah solusi menarik. Penyebabnya, bos Chelsea itu tampaknya menghendaki seorang "yes man" di timnya, supaya bisa mengontrol tim secara lebih luas.

Tuntutan soal pelatih bertipe "yes man" ini setidaknya sudah terlihat, dari keputusannya soal pelatih Chelsea sejauh ini. Thomas Tuchel dicopot, karena dianggap "menolak" intervensi pemilik, sementara Graham Potter sempat dipertahankan cukup lama (sebelum akhirnya dipecat) karena dianggap kooperatif dengan manajemen klub.

Kriteria inilah yang tampaknya tak dimiliki Nagelsmann dan Enrique, yang menghendaki kontrol penuh atas tim, selagi Amorim masih betah di Sporting Lisbon.

(Goal.com)
(Goal.com)

Belakangan, pebisnis asal Amerika Serikat itu juga masih terlihat santai, ketika pelatih interim Frank Lampard mencetak empat kekalahan beruntun, karena legenda Chelsea itu dinilai "kooperatif", dengan antara lain mengizinkannya masuk dan memberi ceramah di ruang ganti tim, tak lama setelah takluk 1-2 dari Brighton, pertengahan April 2023 lalu.

Meski terlihat tak biasa, polah tingkah dan kriteria ini cocok dengan Pochettino, yang ternyata punya rekam jejak sebagai seorang pelatih bertipe "yes man". Seperti diketahui, pelatih asal Argentina itu terbilang sukses saat melatih Tottenham Hotspur dan PSG, dalam posisi menjadi seorang "yes man".

Selama bertugas di Tottenham Hotspur (2014-2019), eks pelatih Espanyol itu terbilang punya hubungan adem ayem dengan manajemen klub. Saat klub tak punya bujet transfer karena sedang sibuk membangun stadion baru, ia tidak protes, bahkan mampu membawa Spurs ke final Liga Champions dan rutin tampil di Eropa, dengan materi yang bisa dibilang relatif seadanya.

Di PSG (2021-2022), eks pemain bertahan itu juga tenang-tenang saja, saat klub ibu kota Prancis itu secara jor-joran mendatangkan beberapa pemain bintang macam Gini Wijnaldum, Lionel Messi, Gigio Donnarumma dan Sergio Ramos. 

Di bawah kendalinya, Les Parisiens mampu dibawanya lolos ke semifinal Liga Champions dan juara di kompetisi domestik.

Berangkat dari rekam jejak itu, ditambah pengalaman melatihnya di Inggris, wajar kalau Poch belakangan muncul sebagai kandidat kuat. Kebetulan, namanya juga mendapat respon positif di dalam tim, terlepas dari cerita bagusnya di Tottenham Hotspur, yang notabene juga bermarkas di London.

Meski sebenarnya juga diincar manajemen Tottenham Hotspur (lagi), rasanya Pochettino kali ini akan lebih memilih Chelsea, karena tim ini punya materi pemain lebih menarik, dan tekanan yang lebih masuk akal. Sepanjang dia "kooperatif" dengan manajemen, posisinya akan relatif aman.

Andai jadi mendarat di Stamford Bridge, pelatih asal Argentina ini akan jadi satu paket solusi menarik, karena punya pengalaman melatih di kompetisi level atas, gaya main enak dilihat, dan (yang terpenting) punya rekam jejak sukses, meski "dipaksa" berperan sebagai seorang "yes man".

Perpaduan langka ini tampaknya menjadi kriteria ideal yang dicari Todd Boehly dan kolega, untuk membangun tim ideal versi mereka di London, yang tampaknya akan diproyeksi untuk jangka menengah atau panjang.

Akankah terwujud?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun