Meski terlihat tak biasa, polah tingkah dan kriteria ini cocok dengan Pochettino, yang ternyata punya rekam jejak sebagai seorang pelatih bertipe "yes man". Seperti diketahui, pelatih asal Argentina itu terbilang sukses saat melatih Tottenham Hotspur dan PSG, dalam posisi menjadi seorang "yes man".
Selama bertugas di Tottenham Hotspur (2014-2019), eks pelatih Espanyol itu terbilang punya hubungan adem ayem dengan manajemen klub. Saat klub tak punya bujet transfer karena sedang sibuk membangun stadion baru, ia tidak protes, bahkan mampu membawa Spurs ke final Liga Champions dan rutin tampil di Eropa, dengan materi yang bisa dibilang relatif seadanya.
Di PSG (2021-2022), eks pemain bertahan itu juga tenang-tenang saja, saat klub ibu kota Prancis itu secara jor-joran mendatangkan beberapa pemain bintang macam Gini Wijnaldum, Lionel Messi, Gigio Donnarumma dan Sergio Ramos.Â
Di bawah kendalinya, Les Parisiens mampu dibawanya lolos ke semifinal Liga Champions dan juara di kompetisi domestik.
Berangkat dari rekam jejak itu, ditambah pengalaman melatihnya di Inggris, wajar kalau Poch belakangan muncul sebagai kandidat kuat. Kebetulan, namanya juga mendapat respon positif di dalam tim, terlepas dari cerita bagusnya di Tottenham Hotspur, yang notabene juga bermarkas di London.
Meski sebenarnya juga diincar manajemen Tottenham Hotspur (lagi), rasanya Pochettino kali ini akan lebih memilih Chelsea, karena tim ini punya materi pemain lebih menarik, dan tekanan yang lebih masuk akal. Sepanjang dia "kooperatif" dengan manajemen, posisinya akan relatif aman.
Andai jadi mendarat di Stamford Bridge, pelatih asal Argentina ini akan jadi satu paket solusi menarik, karena punya pengalaman melatih di kompetisi level atas, gaya main enak dilihat, dan (yang terpenting) punya rekam jejak sukses, meski "dipaksa" berperan sebagai seorang "yes man".
Perpaduan langka ini tampaknya menjadi kriteria ideal yang dicari Todd Boehly dan kolega, untuk membangun tim ideal versi mereka di London, yang tampaknya akan diproyeksi untuk jangka menengah atau panjang.
Akankah terwujud?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H