Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Lunturnya Sisi Konservatif Sebuah Tim Nasional

8 April 2023   16:54 Diperbarui: 10 April 2023   10:23 393
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (Freepik.com)

Uniknya, fenomena ini juga terjadi di Brasil, yang sedang coba membidik Carlo Ancelotti dan pelatih top Eropa lain sebagai pelatih baru. Seperti diketahui, pos pelatih Selecao masih lowong, karena CBF (PSSI-nya Brasil) masih belum menemukan sosok pelatih ideal.

Dengan reputasi sebagai juara Piala Dunia lima kali, fenomena ini jelas terlihat aneh, karena Brasil adalah negara raksasa sepak bola dunia. Tapi, sama seperti Garra Charrua" di Uruguay, Jogo Bonito di Brasil tampaknya juga butuh pembaruan supaya bisa lebih adaptif dengan tren taktik kekinian.

Uniknya, fenomena ini justru tidak terjadi di Argentina, karena meski sangat mendewakan peran dan nomor punggung 10, mereka tidak terpancang kaku pada satu tren taktik tertentu, bahkan cenderung mengikuti tren taktik dari masa ke masa.

Sisi adaptif ini bahkan terlihat dari tiga titel Piala Dunia mereka, yang mewakili tiga era tren taktik: sepak bola menyerang (1978), sepak bola defensif (1986) dan "pressing football" (2022).

Seiring mekarnya sepak bola modern, sisi konservatif seperti "local pride" atau sistem klasik pelan-pelan memang tergerus oleh perkembangan yang begitu dinamis.

Bagi penikmat sepak bola romantis dan sentimental, ini mungkin terdengar kejam, tapi disinilah pemeo "bola itu bundar" menjadi relevan. Segala kemungkinan bisa terjadi di tengah situasi serba dinamis, karenanya adaptasi dan keterbukaan menjadi satu keharusan, supaya bisa tetap relevan tanpa kehilangan jatidiri.

Jadi, akan aneh jika sebuah tim nasional yang identitas filosofi permainannya belum jelas, malah berani membahas soal "local pride ", karena tim yang sudah punya sejarah panjang dan prestasi kelas dunia saja tidak "anti asing" sepanjang itu terbukti berdampak positif. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun