Makanya, setiap kali ada "bencana alam", fenomena itu masih lebih banyak disikapi sebagai satu musibah atau bencana, alih-alih sebagai bagian dari sebuah siklus alam. Terlalu banyak rasa takut dibanding kesadaran soal "kedatangan sebuah siklus".
Padahal, alam selalu punya waktu dan caranya sendiri. Manusia dan hewan saja punya "panggilan alam", apalagi alam itu sendiri. Inilah pandangan dasar yang hampir tidak pernah diapungkan, karena terkesan pasif, tidak aktif seperti kampanye "pencegahan" yang banyak beredar.
Inilah yang membuat kampanye pencegahan, termasuk narasi perubahan iklim tak kunjung efektif sejak lama. Dasarnya saja sudah keliru, apalagi kalau dilanjutkan.
Mungkin, terlihat aktif "mencegah" itu keren, tapi pencegahan yang terlambat malah hanya akan menciptakan kerusakan lebih besar, karena tak selaras dengan siklus alam yang pada dasarnya tak bisa dibendung apalagi didikte sesuai keinginan manusia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H