Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Narasi Perubahan Iklim dan Sisi Egois Tentangnya

2 April 2023   13:13 Diperbarui: 2 April 2023   13:38 329
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pemahaman ini menjadi satu hal mendasar, yang seharusnya bisa membangun kesadaran positif. Sebagai sebuah makhluk, kita hanya bagian sangat kecil dari alam yang luas.

Sebesar apapun egonya, sepintar apapun otaknya, siklus alam bukan sesuatu untuk diatur, dicegah apalagi dilawan. Pilihannya tegas: terima atau tidak sama sekali.

Memang, di zaman modern ini teknologi bisa memprediksi cuaca, gempa bumi, erupsi gunung berapi, bahkan perubahan iklim. Ada juga "teknologi" pawang hujan yang masih banyak dipakai di Indonesia.

Tapi, belum ada yang bisa memprediksi secara tepat waktu dan tempat kejadiannya, karena alam-lah yang punya "acara" di sini. Pawang hujan pun sifatnya bukan membatalkan hujan, tapi hanya "memindahkan" awan hujan ke tempat lain.

Pada manusia, perjalanan siklus sebenarnya biasa terjadi saat usia bertambah. Ada fase dimana seseorang mulai berkeriput atau menurun secara kemampuan fisik secara alami.

Seiring kemajuan teknologi, perubahan ini memang bisa diakali dengan operasi plastik atau program diet ketat, tapi itu hanya menunda sementara waktu, karena ini adalah bagian sebuah siklus alam.

Pada saatnya nanti, penurunan kekuatan dan penuaan akan tetap datang. Selebihnya tinggal bagaimana kita menerima dan menjalani.

Bagi yang bisa menerima kedatangan siklus baru, rasanya akan tetap menyenangkan. Ada waktu untuk "naik tingkat", dan menikmati yang seharusnya bisa dinikmati, setelah melalui perjalanan panjang.

Bagi yang tidak siap, mungkin ini adalah awal dari sebuah mimpi buruk.

Kembali ke narasi soal perubahan iklim, narasi yang kita terima selama ini, jelas berkebalikan dengan realitas, karena justru menunjukkan "kebesaran" ego manusia.

Tidak ada kesadaran lain yang dominan di sini, selain "take and give" dan sisi "mau enaknya saja" dari sudut pandang manusia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun