Sebagai sebuah bangsa, kegagalan menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20 seharusnya juga menjadi satu peringatan tegas, khususnya pada sisi congkak sebagian pihak.
Sebagai contoh, terkait Timnas Israel U-20, sebagian pihak menyebut, FIFA punya standar ganda, karena terkesan membiarkan konflik Israel vs Palestina, tapi tegas pada Rusia yang berkonflik dengan Ukraina.
Sudut pandang ini terkesan congkak, karena di saat bersamaan, persekusi terhadap kelompok minoritas masih belum  hilang di negeri sendiri. Padahal, kebebasan beragama diatur dalam UUD 1945 Pasal 29 Ayat 2.
Patung Bunda Maria di Kulon Progo ditutup terpal, penjual nasi goreng babi di Malang ditutup paksa hanya sedikit contoh dari sekian banyak yang sudah terjadi di seantero negeri.
Kalau di negeri sendiri belum beres, apa pantas melihat yang di seberang lautan? Palestina saja tidak mempersoalkan kedatangan Timnas Israel U-20 ke Indonesia.
Sisi congkak lain juga hadir, dari interpretasi kaku pembukaan UUD 1945. Dari luar memang terlihat keren, tapi itu menjadi aneh, karena sudut pandang yang digunakan sudah lewat puluhan tahun lalu.
Di era kolaborasi seperti sekarang, metode mengucilkan sudah tidak efektif, dan terbukti merugikan. Indonesia saja sudah dipastikan rugi triliunan rupiah, karena Piala Dunia U-20 batal digelar di Indonesia.
Alih-alih mengucilkan, Indonesia seharusnya bisa memanfaatkan turnamen ini sebagai medium pesan perdamaian. Kalau pesan tertulis tidak aman, membuat koreo  bergambar bendera Palestina atau mengibarkan bendera Palestina di tribun stadion.
Tidak perlu gaduh, yang penting semua pesan tersampaikan secara elegan. Simpel, tanpa ribut-ribut tak penting.
Di sisi lain, keputusan FIFA mencoret Indonesia juga menunjukkan, seberapa rumit politisasi di Indonesia, khususnya jelang pemilu, dan seberapa buruk efeknya  secara umum, karena terbukti membuat bangsa kita terlihat aneh di mata dunia.
Ini jadi pelajaran mahal lainnya buat Indonesia, sekaligus membuktikan, politisasi berlebihan, termasuk di bidang olahraga, hanya menghasilkan sudut pandang dangkal dan pola pikir bebal.