Pencopotan Julian Nagelsmann dari posisi pelatih Bayern Munich, Kamis (23/3) menjadi satu berita mengejutkan di periode jeda internasional FIFA bulan Maret ini.
Maklum, pelatih berusia 35 tahun ini baru saja membawa Bayern Munich lolos ke babak perempat final Liga Champions, usai menang agregat 3-0 atas PSG. Di Bundesliga Jerman, Die Roten juga masih berada di posisi kedua, dengan hanya tertinggal 1 poin dari Borussia Dortmund, tim yang akan dihadapi pekan depan.
Tapi, jika melihat level performa mereka di liga sedekade terakhir, memang ada satu penurunan cukup drastis. Torehan 52 poin di 25 pertandingan liga bahkan menjadi yang terburuk dalam sedekade terakhir.
Di luar masalah hasil, cedera pemain kunci juga jadi masalah lain yang mengganggu. Sadio Mane sempat absen beberapa bulan karena cedera lutut, dan Manuel Neuer mengakhiri musim lebih awal karena patah kaki.
Kombinasi masalah ini ternyata gagal dikelola Nagelsmann. Meski disebut-sebut sebagai salah satu jago taktik berbakat di Jerman, kemampuannya dalam menjaga kestabilan tim ketika krisis ternyata belum cocok dengan tim sekelas Bayern.
Maka, bukan kejutan ketika The Bavarians lalu bergerak menggaet Thomas Tuchel sebagai pengganti, dengan ikatan kontrak sampai tahun 2025. Meski gaya main pelatih asal Jerman ini cenderung pragmatis, PSG mampu dibawanya lolos ke final Liga Champions, dan Chelsea dibawanya meraih trofi Si Kuping Besar.
Tentu saja, rekam jejak ini koheren dengan situasi Bayern sekarang. Seperti diketahui, PSG dan Chelsea sama-sama akrab dengan ketidakstabilan dalam tim, karena sering berganti pelatih, dan eks pelatih Borussia Dortmund itu diharapkan bisa mereplikasinya di Allianz Arena.
Jadi, di balik langkah kejutan ini, terselip ambisi besar untuk mengubah situasi secara drastis dalam sekejap, dengan menghadirkan sosok yang sudah berpengalaman di situasi seperti itu.
Meski mengejutkan, jajaran petinggi Die Bayern ternyata sudah ancang-ancang sejak Tuchel dicopot Chelsea beberapa bulan lalu. Alhasil, ketika pendekatan itu dilakukan lagi, tak sulit untuk mencapai kesepakatan.
Dalam sejarahnya, Bayern sendiri lebih condong memilih pelatih asal Jerman ketimbang pelatih asing. Kecuali jika pelatih itu punya rekam jejak istimewa seperti Pep Guardiola, Carlo Ancelotti atau Louis Van Gaal.