Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Justin Hubner, PSSI, dan Birokrasi Kita

21 Maret 2023   20:50 Diperbarui: 22 Maret 2023   18:10 1182
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemain timnas U20 Indonesia, Justin Hubner, saat bertanding melawan Perancis dalam laga uji coba di Pinatar Arena, Murcia, Spanyol, Jumat (17/11/2022) dini hari WIB.| Dok. PSSI via Kompas.com

Dalam masa persiapan jelang Piala Dunia U-20 di rumah sendiri, Timnas Indonesia melakukan serangkaian persiapan. Salah satunya, dengan memproses naturalisasi tiga pemain keturunan Indonesia, yakni Justin Hubner, Ivar Jenner, dan Rafael Struick.

Sejauh ini, proses naturalisasi trio kelahiran Belanda sudah mencapai tahap lanjut. Meski sempat agak tersendat, DPR sudah memberikan sinyal positif. Kalau semua berjalan lancar, seharusnya tidak butuh waktu lama untuk melihat mereka berseragam Merah Putih.

Tapi, ada satu situasi unik yang terjadi pada Justin Hubner, karena selain dipanggil Timnas Indonesia U-20, panggilan juga datang dari Timnas Belanda U-20.

Tentu saja, ini bukan kejutan, karena pemain berusia 19 tahun itu bermain di tim muda Wolverhampton Wanderers sejak tahun 2020, dan terus berkembang. Terbukti, pada bulan Januari 2023 lalu, klub Liga Inggris itu memperpanjang kontraknya sampai tahun 2025.

Sebelumnya, kasus hampir serupa juga terjadi pada Mees Hilgers, bek FC Twente yang juga sempat masuk daftar kandidat pemain naturalisasi, tapi dilirik juga oleh Timnas junior Belanda.

Berbeda dengan Hubner yang naturalisasinya sedang diproses, Hilgers belakangan memilih bergabung dengan negara kelahirannya, dan akan tampil di Euro U-21 edisi 2023, yang juga ajang kualifikasi menuju Olimpiade 2024.

Seperti halnya Hubner, lirikan Tim Jong Oranje juga datang, karena kiprah pemain kelahiran tahun 2001 itu berkembang pesat di klub, berkat tampil reguler di Eredivisie, kompetisi kasta tertinggi Liga Belanda.

Tak cukup sampai disitu, namanya belakangan juga masuk radar transfer trio klub raksasa Belanda, yakni Ajax Amsterdam, PSV Eindhoven, dan Feyenoord Rotterdam.
Sebuah kesempatan yang belum tentu datang, jika Hilgers memilih dinaturalisasi menjadi WNI.

Justin Hubner, pemain Wolverhampton Wanderers keturunan Indonesia-Belanda (Tribunnews.com)
Justin Hubner, pemain Wolverhampton Wanderers keturunan Indonesia-Belanda (Tribunnews.com)

Terlepas dari proses naturalisasi yang tinggal selangkah lagi, manuver kejutan KNVB (PSSI-nya Belanda) dan logika rasional terkait karier dalam jangka panjang bisa saja mengubah keadaan. Kebetulan, Hubner juga sudah punya 7 caps di Timnas U-19 Belanda.

Diluar faktor sentimental, pandangan lain dari sisi profesional juga bisa jadi pertimbangan. Apalagi, pemain bernama lengkap Justin Quincy Hubner ini sudah bergabung di klub kasta tertinggi Liga Inggris, dan sudah masuk radar Timnas U-20 Belanda, tim nasional yang bukan kelas ecek-ecek di Eropa dan dunia.

Kalau semua berjalan lancar, kesempatan bermain di Piala Dunia seperti yang didapat John Heitinga dan Gio Van Bronckhorst juga akan datang dengan sendirinya.

Kalau saja PSSI bisa bergerak cepat dan birokrasi di level pemerintah tidak rumit, seharusnya Hubner sudah menjadi WNI lebih cepat, dan tak ada kegaduhan seperti sekarang.

Untuk saat ini, banyak media di Indonesia menyebut, jebolan akademi FC Den Bosch ini akan lebih memilih Indonesia, karena bisa bermain di Piala Dunia U-20, tapi selama belum resmi jadi WNI dan KNVB belum mengesahkan perpindahan federasi si pemain, semua masih bisa terjadi.

Maka, sudah seharusnya publik sepak bola nasional mulai dibiasakan untuk lebih objektif. Kalau akhirnya jadi WNI, jangan sampai itu berakhir jadi keputusan pahit.

Seperti diketahui, sebagian besar pemain naturalisasi yang awalnya bermain di Eropa pada akhirnya memilih bermain di Indonesia, karena aturan kuota non-Uni Eropa dan status mereka sebagai "pemain asing" dengan kualitas setara pemain lokal membuat mereka tak punya pilihan lain.

Kalaupun ada, pilihan itu baru sebatas bermain di liga-liga Asia, seperti yang sedang dijalani Jordi Amat bersama JDT, klub raksasa Malaysia. Contoh lain sempat muncul pada Greg Nwokolo dan Victor Igbonefo yang sempat merumput di Thailand.

Situasi akan lebih mudah, kalau si pemain berstatus "homegrown" seperti Elkan Baggott, yang sejauh ini masih awet berkiprah di Liga Inggris. 

Jangan lupa, PSSI sedang mewacanakan aturan kuota pemain naturalisasi dalam satu tim di liga. Jadi, seharusnya mereka membenahi kualitas tata kelola sepak bola nasional di berbagai aspek, kalau enggan bergantung pada strategi naturalisasi.

Kalau ternyata Hubner lebih memilih Tim Oranye, itu murni haknya. Siapa suruh PSSI tidak gerak cepat di sistem birokrasi yang rumit?

Pada akhirnya, terlepas dari apapun keputusan akhir Hubner, seharusnya ini bisa jadi satu momentum buat PSSI untuk lebih profesional, termasuk dalam hal menjaring bakat pemain keturunan.

Di sisi lain, pemerintah juga perlu mewujudkan reformasi birokrasi, karena ini sudah era digital. Satu masa dimana hal rumit dan berbelit serba disederhanakan.

Bisa?

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun