Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Antara Persija Vs Persib dan Konser Blackpink

5 Maret 2023   21:53 Diperbarui: 8 Maret 2023   15:55 1200
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Penundaan partai Persija Vs Persib yang sedianya digelar akhir pekan ini di Stadion Gelora Bung Karno menghadirkan satu situasi cukup membingungkan.

Penyebabnya, sebagian suporter Persija mempertanyakan, kenapa izin memakai GBK sebagai arena pertandingan sepak bola ditolak, sementara izin penggunaan untuk konser Blackpink pekan depan tak ada hambatan.

Bagaimana bisa sebuah gelanggang olahraga tidak boleh dipakai untuk pertandingan olahraga?

Awalnya, banyak yang mengaitkan keputusan ini dengan faktor cuan semata. Maklum, "Girlband" asal Korea Selatan itu punya popularitas global, dan sedang bersinar terang di industri K-Pop.

Tapi, kalau ditelusur lebih jauh, faktor kuncinya ada pada penjadwalan dan proses pengurusan prosedur yang rapi, bahkan sejak jauh hari sebelum acara dimulai. Lagipula, stadion pada dasarnya juga bisa berfungsi sebagai tempat event yang menarik banyak penonton, mulai dari  konser musik, kampanye parpol, sampai aktivitas keagamaan seperti Sholat Idul Fitri. 

Seperti diketahui, Blackpink sudah merencanakan tur dunia (termasuk ke Indonesia) sejak dua tahun lalu. Izin konser di GBK bahkan sudah diajukan dan tuntas jauh hari sebelum acara.

Sederhananya, Kim Ji Soo dkk tinggal fokus pentas, karena semua perizinan dan berbagai macam hal (termasuk uji kelayakan) sudah beres sejak lama. Satu hal yang normal secara profesional, apalagi untuk ukuran event musik kelas internasional.

Dari waktunya saja, ini jelas tidak sebanding dengan "budaya mepet" di sepak bola nasional. Dimana, perizinan terkait pertandingan kadang baru diurus saat jadwal pertandingan sudah dekat.

Kalau situasinya normal, mungkin tidak masalah, tapi kalau situasinya masih belum normal (antara lain imbas Tragedi Kanjuruhan) dan ada event lain yang sudah dapat lampu hijau sejak lama seperti konser Blackpink, mereka inilah yang layak didahulukan, karena memang sudah sesuai syarat.

Tentu saja, langkah aparat ini logis. Dalam porsinya sebagai event yang melibatkan banyak penonton, ada potensi gangguan keamanan yang harus diantisipasi. Antisipasi itu akan semakin optimal, jika persiapannya matang. Bukan digoreng dadakan seperti tahu bulat atau main selonong seperti emak-emak naik motor.

Kita tentu masih ingat, saat Arema FC ditolak sana-sini sebelum akhirnya berkandang sementara di Stadion PTIK milik kepolisian. Pengajuan izin memakai stadion yang mepet dan penolakan dari kelompok suporter lokal terbukti menjadi satu paket masalah yang cukup rumit.

(Tribunnews.com)
(Tribunnews.com)

Di sisi lain, masalah perizinan stadion ini juga membuka satu masalah klasik di sepak bola nasional, yakni sistem sewa per laga. Secara biaya, ini memang lebih murah dari kontrak tahunan (seperti yang misalnya lazim dilakukan sebagian klub Italia) dan relevan dengan kondisi Liga Indonesia yang serba tidak pasti.

Tapi, sebagai satu kompetisi yang diisi klub profesional, sudah seharusnya sistem sewa model "ketengan" ini diganti dengan sistem sewa layaknya sebuah tim profesional.

Biayanya memang mahal, tapi setidaknya bisa mengurangi peluang sebuah klub jadi tim musafir atau terkena penundaan karena stadion dipakai untuk event lain. Dari sisi keamanan, perizinan dan status sewa yang sudah layak juga bisa menjamin rasa aman dalam pertandingan.

Seharusnya, kalau PSSI dan pihak-pihak terkait mau serius membenahi aspek keamanan stadion dan meningkatkan kualitas kompetisi, kewajiban terkait stadion bukan hanya dinilai dari verifikasi infrastruktur, tapi juga dari segi perizinan dan status sewa.

Sudah lama Liga Indonesia akrab dengan penundaan pertandingan karena masalah perizinan, dan ini cukup memalukan. Kalau masih amatir atau semiprofesional, mungkin masih bisa dipahami, masalahnya ini kompetisi (yang katanya) berlabel profesional.

Dengan kredibilitas seperti itu, akan sulit melihat nilai sponsor atau nilai jual kompetisi naik signifikan. Apalagi, sebagian suporter masih merasa muak dengan sepak bola nasional, karena terlalu banyak masalah di sini, khususnya pasca Tragedi Kanjuruhan.

Sebagai seorang pecinta sepak bola, secara jujur saya justru ingin berterima kasih kepada Blackpink. Berkat konser mereka di Stadion Utama Gelora Bung Karno, ada satu hal lagi yang ternyata masih jadi satu PR tersendiri bagi klub di liga Indonesia.

Ini jadi satu masukan fundamental, karena berhubungan langsung dengan aspek keamanan di stadion dan aspek profesional klub. Tapi, semua kembali lagi pada kemampuan Erick Thohir (Ketum PSSI) dan jajarannya, dalam menyadari dan menindaklanjut.

Sebagus apapun masukan dan temuan yang ada, selama mereka masih merasa semua baik-baik saja, selama itu juga perbaikan dan kemajuan masih jadi mimpi  di sepak bola nasional.

Bisa?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun