Kita tentu masih ingat, saat Arema FC ditolak sana-sini sebelum akhirnya berkandang sementara di Stadion PTIK milik kepolisian. Pengajuan izin memakai stadion yang mepet dan penolakan dari kelompok suporter lokal terbukti menjadi satu paket masalah yang cukup rumit.
Di sisi lain, masalah perizinan stadion ini juga membuka satu masalah klasik di sepak bola nasional, yakni sistem sewa per laga. Secara biaya, ini memang lebih murah dari kontrak tahunan (seperti yang misalnya lazim dilakukan sebagian klub Italia) dan relevan dengan kondisi Liga Indonesia yang serba tidak pasti.
Tapi, sebagai satu kompetisi yang diisi klub profesional, sudah seharusnya sistem sewa model "ketengan" ini diganti dengan sistem sewa layaknya sebuah tim profesional.
Biayanya memang mahal, tapi setidaknya bisa mengurangi peluang sebuah klub jadi tim musafir atau terkena penundaan karena stadion dipakai untuk event lain. Dari sisi keamanan, perizinan dan status sewa yang sudah layak juga bisa menjamin rasa aman dalam pertandingan.
Seharusnya, kalau PSSI dan pihak-pihak terkait mau serius membenahi aspek keamanan stadion dan meningkatkan kualitas kompetisi, kewajiban terkait stadion bukan hanya dinilai dari verifikasi infrastruktur, tapi juga dari segi perizinan dan status sewa.
Sudah lama Liga Indonesia akrab dengan penundaan pertandingan karena masalah perizinan, dan ini cukup memalukan. Kalau masih amatir atau semiprofesional, mungkin masih bisa dipahami, masalahnya ini kompetisi (yang katanya) berlabel profesional.
Dengan kredibilitas seperti itu, akan sulit melihat nilai sponsor atau nilai jual kompetisi naik signifikan. Apalagi, sebagian suporter masih merasa muak dengan sepak bola nasional, karena terlalu banyak masalah di sini, khususnya pasca Tragedi Kanjuruhan.
Sebagai seorang pecinta sepak bola, secara jujur saya justru ingin berterima kasih kepada Blackpink. Berkat konser mereka di Stadion Utama Gelora Bung Karno, ada satu hal lagi yang ternyata masih jadi satu PR tersendiri bagi klub di liga Indonesia.
Ini jadi satu masukan fundamental, karena berhubungan langsung dengan aspek keamanan di stadion dan aspek profesional klub. Tapi, semua kembali lagi pada kemampuan Erick Thohir (Ketum PSSI) dan jajarannya, dalam menyadari dan menindaklanjut.
Sebagus apapun masukan dan temuan yang ada, selama mereka masih merasa semua baik-baik saja, selama itu juga perbaikan dan kemajuan masih jadi mimpi  di sepak bola nasional.