Meski secara fisik mampu mengimbangi lawan, masih ada PR penyelesaian akhir dan koordinasi pertahanan yang harus dibenahi. Dengan tipikal lawan yang dihadapi di Uzbekistan, turnamen ini bisa menjadi ajang eksperimen menarik.Â
Kebetulan, tim yang dihadapi rata-rata punya fisik kuat, postur tinggi besar, dan agak "tricky" (khususnya Suriah dan Irak, dua tim asal Timur Tengah). Jika terbiasa menghadapi lawan seperti ini, para pemain akan mampu mengimbangi bahkan mengungguli.
Menariknya, ada satu kombinasi potensial yang bisa dimatangkan pelatih Shin Tae-yong, yakni duet Hugo Samir dan Ronaldo Kwateh di kedua sisi sayap.
Dengan kecepatan tinggi dan kemampuan individu keduanya, duo blasteran ini bisa menjadi alternatif menarik, setidaknya sampai Marselino bisa bergabung di Piala Dunia U-20 nanti.
Selebihnya, tinggal kita nikmati saja, bagaimana aksi Garuda Muda di Uzbekistan. Kalaupun hasilnya masih belum maksimal, andai para pemain tidak mudah diprovokasi lawan saja itu sudah bagus.
Vakumnya kompetisi usia muda masih menjadi satu kelemahan fatal, karena membuat sebagian pemain minim pengalaman bertanding.Â
Tidak banyak dari mereka yang menjadi pemain reguler di tim utama klub, jadi akan lebih adil kalau turnamen di negara Asia Tengah itu menjadi sarana menambah pengalaman. Toh Indonesia sudah lolos lewat jalur tuan rumah.
Minimal, setelah ini mereka sudah semakin siap mental menuju Piala Dunia U-20. Selebihnya, itu bonus. Bukan untuk dirayakan secara berlebihan, karena level turnamen berikutnya akan jauh lebih sulit.Â
Bisa?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H