Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Artificial intelligence Artikel Utama

Teknologi Kecerdasan Buatan dan Sebuah Eksperimen Kecil

22 Februari 2023   22:20 Diperbarui: 26 Februari 2023   21:15 478
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
"Fan art" Spiderman yang dibuat dengan bantuan teknologi kecerdasan buatan (Dokpri)

Gambar di atas adalah satu hasil karya aplikasi berbasis teknologi kecerdasan buatan di ponsel Android, yang iseng-iseng saya coba. Ada cukup banyak pilihan, dan saya mencoba aplikasi "Dream".

Caranya simpel, setelah mengunduh aplikasi jenis "AI Art Generator" di Google di Play Store, saya memasukkan kata kunci "Spiderman" dan menunggu proses pembuatan gambar selesai dalam  beberapa menit.

Sebagai seorang yang tidak punya bakat menggambar, fitur ini tentu saja sangat membantu, khususnya dalam hal mengekspresikan satu gambaran yang ada di pikiran kita. Tak perlu repot-repot belajar menggambar, gambar sudah tercipta dengan cepat.

Selain dengan kata atau deskripsi kunci, input tambahan berupa file gambar juga bisa digunakan. Dengan proses yang kurang lebih sama, gambar juga bisa langsung tercipta, seperti "fan art" Doraemon berikut, yang juga dibuat dengan bantuan teknologi kecerdasan buatan.

"Fan art" Doraemon yang dibuat dengan bantuan teknologi kecerdasan buatan (Dokpri)
Mengingat kepraktisannya, kecerdasan buatan banyak disebut sebagai gambaran gaya hidup masa depan: praktis, cepat serba mudah. Makanya, ada kekhawatiran kalau teknologi ini akan menghapus banyak lapangan kerja, misalnya penulis, kartunis atau pekerja di sektor produksi.

Tapi, daripada hanya mengkhawatirkan, bahkan memusuhi, ada baiknya kita melihat teknologi kecerdasan buatan sebagai satu sarana untuk mengisi kekurangan masing-masing. Yang bisa menulis tapi tak bisa menggambar bisa memanfaatkan, begitupun sebaliknya.

Kurang lebih sama dengan memperlakukan gawai dan produk teknologi, yang dulu menggeser teknologi konvensional. Dalam keseharian, banyak dari kita sudah terbiasa bahkan bergantung, misalnya pada mesin cuci, ojek online dan toko online.

Teknologi sudah membantu kita menembus batas, kenapa tidak begitu juga dengan kecerdasan buatan?

Dari eksperimen iseng-iseng saya dengan teknologi kecerdasan buatan, kesempatan ini cukup terbuka, karena teknologi kecerdasan buatan masih belum bisa langsung mengenali objek di luar dunia barat.

Terbukti, saat membuat "fan art" Doraemon, yang notabene tokoh manga Jepang, saya masih harus menambahkan gambar dan mengatur jenis corak gambar. Tanpa input lengkap, hasilnya masih belum akurat.

Jadi, meski terdengar serba otomatis, prosesnya belum otomatis penuh. Masih banyak yang harus dibenahi, sebelum teknologi ini benar-benar bisa diandalkan.

Maka, daripada khawatir, sudah seharusnya kita membangun satu nilai tambah, yang akan membuat kita tetap berjalan bersama teknologi kecerdasan buatan. Bisa dengan membangun ciri khas, bisa juga dengan kolaborasi.

Ini bukan soal menang atau kalah, ini soal kesadaran untuk mau adaptif atau tidak. Lagipula, cepat atau lambat, era kecerdasan buatan akan jadi bagian dari keseharian, seperti halnya teknologi mesin dan elektronik.

Inilah satu konsekuensi kemajuan zaman, yang jelas tidak bisa dibendung, karena memuat satu naluri kompulsif manusia: selalu ingin lebih, termasuk dalam hal memajukan teknologi, untuk membuat hidup lebih mudah.

Dengan demikian, kalau nanti ternyata ada kesulitan karena teknologi semakin maju, itu lebih karena manusianya belum siap atau tidak menjalankan teknologi itu sebagaimana mestinya. Semaju apapun teknologinya, akan percuma jika tidak berjalan sesuai fungsi atau tidak bisa digunakan sama sekali.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Artificial intelligence Selengkapnya
Lihat Artificial intelligence Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun