Jadi, meski terdengar serba otomatis, prosesnya belum otomatis penuh. Masih banyak yang harus dibenahi, sebelum teknologi ini benar-benar bisa diandalkan.
Maka, daripada khawatir, sudah seharusnya kita membangun satu nilai tambah, yang akan membuat kita tetap berjalan bersama teknologi kecerdasan buatan. Bisa dengan membangun ciri khas, bisa juga dengan kolaborasi.
Ini bukan soal menang atau kalah, ini soal kesadaran untuk mau adaptif atau tidak. Lagipula, cepat atau lambat, era kecerdasan buatan akan jadi bagian dari keseharian, seperti halnya teknologi mesin dan elektronik.
Inilah satu konsekuensi kemajuan zaman, yang jelas tidak bisa dibendung, karena memuat satu naluri kompulsif manusia: selalu ingin lebih, termasuk dalam hal memajukan teknologi, untuk membuat hidup lebih mudah.
Dengan demikian, kalau nanti ternyata ada kesulitan karena teknologi semakin maju, itu lebih karena manusianya belum siap atau tidak menjalankan teknologi itu sebagaimana mestinya. Semaju apapun teknologinya, akan percuma jika tidak berjalan sesuai fungsi atau tidak bisa digunakan sama sekali.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H