Ada kredibilitas yang dipertaruhkan. Sebanyak apapun produksi kontennya, sepopuler apapun platform nya, sekali rusak, ruwet.
Tentu saja, ini jadi satu paradoks memprihatinkan, karena minat baca semakin berkurang justru di saat bacaan yang ada semakin banyak.
Disadari atau tidak, sudah ada begitu banyak situs yang menghadirkan banyak informasi dengan isi hampir serupa, dan itu mulai mendekati titik jenuh.
Dengan kecenderungan sebagian besar orang untuk berpandangan praktis, hanya sedikit dari sekian banyak itu yang rutin diakses. Sisanya, seperti serigala berebut tulang, keras seperti survival game.
Kalau terus dibiarkan, rasanya senja kala artikel di situs digital tinggal menunggu waktu, karena klik masih jauh lebih diperhatikan daripada kualitas dan keragaman perspektif isi, yang seharusnya jadi hak pembaca.
Soal potensi keuntungan yang bisa didapat, Â kesempatannya memang sudah lebih terbuka, tapi kalau tanggung jawab memperkaya perspektif pembaca terus dikikis, mungkin sudah saatnya kita menyebut fenomena ini sebagai "Jurnalisme Pengabdi Klik", dengan judul dan isi tulisan yang kadang tidak sinkron.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H