Mereka butuh tim yang bisa memberi menit bermain sebanyak mungkin, bukan tim yang hanya punya program latihan rutin dan memburu followers sebanyak mungkin di media sosial.
Memang, keputusan dua eks pemain Timnas U-19 bermain di Indonesia bukan jenis keputusan yang enak diberitakan media atau dibaca publik sepak bola nasional. Apalagi, selama mereka berkiprah di Eropa, ada banyak konten-konten "lebay" di media sosial yang justru jadi bumerang.
Realita muram ini terbukti jadi satu bukti kalau ada faktor cukup kompleks yang membuat pemain indonesia masih belum bisa awet berkiprah di Eropa, kecuali mereka adalah pemain berstatus "homegrown" seperti Elkan Baggott di Ipswich Town (Inggris).
Selain karena status mereka sebagai pemain non-Uni Eropa (yang kuotanya terbatas) ada situasi serba tidak sinkron antara program pelatnas dan klub.
Seperti diketahui, Timnas Indonesia biasa menggelar pelatnas jangka panjang, yang membuat pemain terpaksa absen dari klub. Ditambah lagi, PSSI kadang masih berusaha menarik pemain di Eropa untuk bermain di turnamen di luar kalender FIFA seperti Piala AFF.
Untuk kasus ini, sebenarnya ada klub yang berani menolak. Tepatnya, saat Elkan Baggott tidak diizinkan bergabung oleh Ipswich Town. Masalahnya, ketika ada klub yang dengan senang hati melepas, seperti pada kasus Egy dan Witan, ini bisa jadi kesempatan untuk berpisah.
Bagamanapun, sebagai klub profesional, mereka punya program latihan rutin dan beragam persiapan kompleks yang sudah terencana rapi. Jika ada satu pemain yang tidak sinkron dengan rencana olahraga klub, mereka jelas akan melepas saat ada kesempatan.
Lebih baik kehilangan satu pemain daripada satu tim jadi kacau hanya karena memprioritaskan satu pemain yang sering keluar masuk tim. Sesederhana itu.
Karenanya, tidak mengherankan kalau cerita berbeda malah hadir dari para pemain indonesia di liga-liga Asia, yang secara kalender kompetisi masih sinkron dengan agenda Timnas Indonesia di Piala AFF, turnamen yang entah kenapa masih jadi satu obsesi buat PSSI.
Terbukti, Saddil Ramdani masih diandalkan Sabah dan memperpanjang kontrak bersama klub kasta tertinggi Liga Malaysia itu. Di Korea Selatan, Asnawi Mangkualam pindah ke Jeonnam Dragons, setelah mencatat 40 penampilan dalam 2 tahun bersama Ansan Greeners.
Tak lupa, ada juga Pratama Arhan yang memperpanjang kontrak bersama Tokyo Verdy. Meski di tahun pertamanya jarang bermain, bek ahli lemparan jauh ini terbukti masih diandalkan di lini belakang Timnas Indonesia.Â