Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Persebaya, Sikap Suportif, dan Pesan Mereka untuk Caketum PSSI

26 Januari 2023   14:36 Diperbarui: 26 Januari 2023   14:43 312
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam beberapa hari terakhir,  pemberitaan soal kemungkinan transfer Marselino Ferdinan ke klub Liga Belgia cukup menarik perhatian. Dari yang awalnya hanya gosip, lalu mulai bergulir menjadi satu kenyataan.

Seperti diketahui, pada Selasa (24/6) lalu, pemain Persebaya Surabaya ini berpamitan kepada tim pelatih dan rekan setimnya, tak lama setelah tim kesayangan Bonek ini menang 2-1 atas Bhayangkara FC di Liga 1.

Sejumlah media menyebut, Marselino dibidik Beerschot VA dan SK Beveren. Keduanya adalah klub kasta kedua Liga Belgia, yang sempat beredar di kasta tertinggi.

Dengan reputasi Liga Belgia yang belakangan cukup rajin mengorbitkan pemain muda berkualitas, tentu saja ini jadi pilihan yang terlalu sulit untuk ditolak.  Minimal, pemain kelahiran tahun 2004 ini punya "batu loncatan" yang cukup meyakinkan untuk menuju liga top Eropa.

Jika semua berjalan lancar, Pemain Muda Terbaik Piala AFF 2022 ini bisa memanfaatkan waktu sekitar 2-3 tahun di Belgia, untuk mengembangkan kemampuan dan menarik minat klub yang lebih besar, tanpa membuat mereka pusing dengan statusnya sebagai pemain non-Uni Eropa, karena waktu 2-3 tahun di Belgia bisa membantunya untuk lebih mudah memperoleh izin kerja di Eropa.

Jadi, dia tak akan terlalu kesulitan jika suatu saat bermain di negara lain di Eropa. Situasinya kurang lebih mirip dengan yang dialami Egy Maulana Vikri dan Witan Sulaeman, kala pindah dari Liga Polandia ke Slovakia.

Dengan usianya yang saat ini sudah genap 18 tahun, kepindahan ke Belgia jadi terasa masuk akal, karena sudah memenuhi syarat usia minimal untuk dikontrak sebagai pemain bola profesional.

Sebelumnya, adik Oktafianus Fernando (pemain PSIS Semarang) ini sudah masuk radar klub Eropa, berkat aksinya saat membantu Timnas Indonesia lolos ke Piala Asia 2023. Tapi, potensi transfer itu baru terlaksana di bulan Januari, bertepatan dengan bursa transfer musim dingin dan beberapa bulan setelah usianya genap 18 tahun.

Soal ongkos transfer, ini jelas tidak jadi persoalan berarti. Maklum, meski masih punya kontrak sampai tahun 2024, Persebaya bersikap sangat suportif pada prospek si pemain naik level ke Eropa.

Ditambah lagi, Marselino saat ini diageni oleh Dusan Bogdanovic, sosok yang sukses membawa Egy Maulana Vikri dan Witan Sulaeman ke Eropa. Begitu juga dengan Pratama Arhan yang kini bermain di Jepang.

Boleh dibilang, jika semua berjalan lancar, bermain di Eropa bukan mimpi kosong. Tapi, berhubung tenaganya masih dibutuhkan Timnas Indonesia di Piala Asia U-20 dan Piala Dunia U-20 (jika tidak dipanggil juga ke Timnas senior di Piala Asia 2023), Marselino baru akan bergabung di musim panas 2023.

Tapi, pemain kreatif ini juga perlu mewaspadai rekam jejak pemain muda Indonesia di Belgia. Seperti diketahui, beberapa tahun lalu, Liga Belgia pernah beberapa kali kedatangan pemain muda asal Indonesia.

Ada alumnus proyek SAD Uruguay macam Alfin Tuasalamony, Manahati Lestusen dan Syamsir Alam yang sempat dikontrak CS Vise (sudah bangkrut tahun 2014) dan Firza Andika (kini di Persija Jakarta) yang sempat dikontrak AFC Tubize.

Meski sama-sama berprospek cerah di awal, mereka akhirnya pulang ke Indonesia, segera setelah kontrak selesai, umumnya karena kesulitan tampil reguler atau kangen dengan negara asal.

Inilah masalah umum yang perlu diwaspadai Marselino, jika ingin terus mengembangkan talenta besarnya, dan menjaga kesempatan naik level ke kompetisi level top.

Menariknya, selain Marselino Ferdinan, ada satu lagi pemain muda Bajul Ijo yang juga berpeluang ke Eropa, yakni Alta Ballah. Pemain blasteran Indonesia-Liberia ini ditaksir CD Llosentese, klub kasta keempat Liga Spanyol dan berpeluang dikontrak selama 6 bulan.

Alta Ballah, berpeluang main di Spanyol (Tribunnews.com)
Alta Ballah, berpeluang main di Spanyol (Tribunnews.com)
Meski beritanya tidak seheboh Marselino, prospek Alta bermain di Spanyol memang bukan kejutan besar. Maklum, pada bulan Juli 2022 lalu, putra Anthony Jommah Ballah (eks pemain Arema dan Persita Tangerang asal Liberia) ini sempat trial di Real Murcia, Alicante, dan Valencia.

Hanya saja, karena masih berharap memperkuat Timnas Indonesia, pemain kelahiran tahun 2000 ini memutuskan kembali ke Persebaya, sebelum akhirnya kesempatan dari CD Llosentese datang.

Dengan posisi Marselino dan Alta Ballah sebagai pemain inti, kepindahan mereka tentu akan jadi PR tersendiri buat The Green Force, karena mereka perlu segera bergegas menemukan pengganti sepadan.

Ini sulit, tapi sikap suportif mereka pada pemain yang berkesempatan naik level sangat layak diapresiasi, karena berani lebih mengedepankan progres karier pemain, ketimbang memaksa mereka bermain sampai mentok di liga yang masih serba semrawut.

Tak masalah sekalipun harus bermain di klub kasta bawah Eropa, yang penting mereka bisa mendapat latihan rutin, lengkap dengan program latihan sesuai standar atlet, di kompetisi yang sudah baik tata kelolanya.

Satu lagi, dan yang paling mendasar, mereka bisa mendapatkan gaji layak, tanpa  khawatir itu macet atau tertunggak banyak, khususnya saat ada situasi berlabel "force majeur".

Di sisi lain, sikap suportif Persebaya ini seharusnya bisa jadi satu pesan serius, khususnya buat orang-orang yang sedang bertanding di bursa Ketum PSSI.

Ada banyak hal yang harus segera diperbaiki, termasuk dalam hal kualitas kompetisi, kalau ingin punya tim nasional yang bisa diharapkan, apalagi dibanggakan karena prestasi, bukan terkenal karena bermasalah dimana-mana.

Mereka boleh punya mimpi besar, tapi sebesar apapun itu, percuma kalau pandangan sempit atau congkak dalam bingkai label "lokal pride" masih jadi dasar. Ini sudah era digital yang serba lintas batas, bukan masanya lagi berbangga pada catatan masa lalu atau potensi semu, kecuali ingin bergerak semakin mundur.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun